Thursday 27 September 2012

Terapi Penyakit Futur

Apakah Futur itu?
Bagi para da'i kata-kata futur ini sudah bukan sesuatu yang asing lagi bahkan mereka yang sudah mengenalnya sangat antusias sekali menyembuhkan penyakit ini walaupun kelihatannya sederhana namun penyakit ini bisa menjadi kronis. Namun bagi sebagian orang umum kata ini mungkin masih agak aneh atau bahkan belum pernah mendengarnya.

Apa sih futur itu? Secara bahasa futur berarti terhenti setelah berjalan atau diam setelah bergerak. Sedangkan arti futur secara dakwah adalah penyakit yang mengenai seorang aktivis, tingkat paling rendah adalah malas atau berlambat-lambat dalam melakukan amal sedangkan tingkat tingginya bisa berhenti dari aktivitas dan semangat atau diam setelah rajin bersungguh-sungguh.

Apakah anda malas untuk melakukan perbuatan baik dan ibadah, merasa ragu atau mungkin merasa tak punya semangat lagi dalam menjalankan aktivitas? Jika jawabannya "YA" mungkin futurlah penyakit yang sedang Anda derita.
Bila kita diibaratkan maka futur ini bagaikan seorang pendaki yang telah berjalan melewati jalan yang curam, tebing yang sangat tinggi dan hutan liar belantara untuk mencapai puncak gunung yang ia tuju, tapi tiba-tiba ia kelelahan dan memutuskan untuk berhenti. Bisa jadi ia beralasan bahwa apa yang telah telah ia capai telah cukup walaupun tidak harus mencapai puncaknya atau ia beralasan bahwa ada baiknya untuk beristirahat sejenak, namun dalam istirahatnya itu ia terlena dan merasa nyaman atau mungkin ia telah lelah dan merasa putus asa dalam menghadapi perjalanan itu.
Jika diamnya hanya sesaat dengan tujuan melepas sedikit kelelahan dan kebosanan akibat aktivitasnya mungkin ini sesuatu yang wajar, namun jika hal ini berlangsung lama hingga pada akhirnya membuatnya berhenti dan kemudian menyerah lalu memutuskan untuk kembali turun gunung maka inilah yang mengakibatkan penyakit ini menjadi kronis yang bisa menyebabkan hancurnya keimanan dalam hati seseorang.

Apakah Penyebabnya?
Rutinitas yang melelahkan dan membosankan yang bisa menyebabkan datangnya penyakit ini   biasanya adalah berlebihan dalam masalah agama, berlebihan dalam melakukan hal mubah, terlalu mencintai dunia dan selalu lalai dalam menghindari perkara dosa dan syubhat.
Salah satu contoh berlebihan dalam hal mubah adalah makan yang berlebihan sehingga menyebabkan bobot tubuh bertambah hingga akhirnya sulit untuk beraktivitas termasuk ibadah. Sikap tersebut menjadikan sebuah celah pintu masuk setan untuk melemahkan jiwa orang tersebut. Seharusnya ia menanamkan sikap tawazun antara hak tubuh dan hak ruh (ruhani dan jiwa), maka tidak ada padanya penyengsaraan tubuh sampai batas penyiksaan, sebagaimana yang terdapat pada beberapa ajaran agama atau kepercayaan di dunia.
Seorang muslim tidak boleh berlebihan dan melapaui batas dalam mengkonsumsi yang mubah. Allah berfirman, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A'raf : 31)

Begitupun sebaliknya terlalu berlebihan dalam memudahkan, hingga selalu menyepelekan perbuatan syubhat dan dosa. Jika ia sudah biasa melakukan hal ini maka ia pun akan membuat remeh dalam masalah ibadah dan ini pun akan menyeretnya pada hal yang lebih buruk lagi. Padahal pada awalnya hanya penyakit futur biasa tapi karena tidak segera menyadari adanya penyakit yang di deritanya dan tak melakukan penanggulangan dini hingga akhirnya penyakit ini pun menjadi penyakit kronis yang berbahaya.

Bagaimana Terapi Pengobatannya?
Meskipun futur merupakan perkara yang lumrah terjadi pada seorang manusia, tetapi membiarkannya berlarut-larut bisa mematikan hati yang menderitanya dan pengobatannya jadi lebih sulit.
Hal yang utama untuk dilakukan adalah dengan cara menjauhi tiap delik perbuatan maksiat yang kecil apalgi yang besar. Berusaha menjaga ibadah rutin di waktu siang dan malam serta menjauhi sikap berlebihan dalam hal yang mubah dapat pula menjadi cara mengatasi futur. 
Ingatlah seberapa pun keimanan kita pasti penyakit ini akan menghampiri. Begitu pun para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada masanya yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang pada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangatlah dekat". (QS. Al Baqarah :214)
Begitu kuatnya keimanan para sahabat namun hingga tiba waktunya dimana kefuturan itu datang hingga mempertanyakan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'al yang tidak kunjung datang. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab sekaligus obat bagi futur mereka.

Jika tertimpa penyakit ini maka perbanyaklah tilawah Al Qur'an dan mentadabburinya dan semalas apapun selalu berusaha melaksanakan sholat sunnah. Sedangkan obat yang paling baik untuk mengobati penyakit ini adalah menyibukkan diri dengan berdakwah dan saling nasehat-menasehati. Nasehat adalah cara untuk menghindari futur. Jadi jika kita ingin terhindar dari futur, aktiflah berdakwah atau hiduplah dalam lingkungan dakwah(lingkungan yang banyak menasehati satu sama lain). Jangan menyendiri dan jangan banyak bergaul dengan lingkungan yang individualistis dan hedonis. Orang yang hidup sendiri dan berpisah dari jama'ah berpotensi besar untuk menjadi futur, karena ia tidak memiliki komunitas yang akan mengingatkannya, memberinya motivasi untuk terus bergerak ke arah yang lebih baik. Bergabung dengan jama'ah, institusi atau organisasi berbasis Islam yang memiliki akidah yang shahih adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Bukan untuk menjadi ekslusif, tetapi kita memerlukan lingkungan yang kondusif untuk menyiram nurani kita dengan energi ketaatan. Biar bagaimanapun, agar futur dapat ditangani secara benar, seseorang harus segera menyadari apabila dirinya sedang terserang penyakit futur. Apabila ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjangkit futur, maka ia juga tidak akan segera bertindak untuk mengatasi futur tersebut. Wallahu A'lam.

Sumber : Majalah Ummatie edisi 10/Tahun. II Juni 2009/Rubrik Tausiyah. hal. 62

1 comment: