Sunday, 10 March 2013

Meneladani Murobbi Sejati Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam

Alloh Ta'ala berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh." (QS. Al-Ahzab (33) : 21)

Diantara nikmat Alloh Ta'ala yang terbesar kepada umat ini adalah diutusnya seorang Rosul yang menjadi murobbi umat yang mengajarkan mereka Al-Qur'an dan Al-Hikmah, yang menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari kemungkaran, yang menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk, dimana sebelumnya umat ini berada dalam kesesatan yang nyata.

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah murobbi sejati yang harus diteladani. Meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah sebuah kemuliaan dan menyelisihi beliau adalah sebuah kehinaan yang nyata. Meneladani beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah satu-satunya jalan menuju surga dan sebab meraih wajah Alloh Ta'ala di negeri akhirat.
Alloh Ta'ala berfirman : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh." (QS. Al-Ahzab (33) : 21)

Ayat yang mulia ini menunjukan kemuliaan dan keutamaan besar meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, karena Alloh sendiri yang menyebut perbuatan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai "teladan yang baik", yang ini menunjukan bahwa orang yang meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berarti dia telah menempuh jalan yang lurus yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Alloh Ta'ala.
Ketika menafsirkan ayat ini, imam Ibnu Katsir Rahimahulloh berkata : "Ayat yang mulia ini merupakan landasan yang dalam meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam semua ucapan, perbuatan dan akhlak beliau"

Kemudian firman Alloh Ta'ala di akhir ayat ini mengisyaratkan adanya keterikatan antara meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dengan kesempurnaan iman kepada Alloh Ta'ala dan hari akhir, yang ini berarti bahwa semangat dan kesungguhan seorang muslim untuk meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan tanda kesempurnaan imannya.
 Meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah bukti kecintaan kepada Alloh Ta'ala dan sekaligus cinta kepada Rosul-Nya. Alloh menyangkal dengan keras bagi setiap yang mengaku-ngaku mencintai Alloh tetapi tidak meneladani Rosululloh. Sebagaimana Alloh Ta'ala berfirman :
"Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh , ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imron (3) : 31)

Imam Hasan Al Bashri Rahimahulloh berkata : "Suatu kaum yang mengaku mencintai Alloh Ta'ala, maka Alloh uji dengan ayat ini atas kesungguhan cinta mereka."
Imam Al Qhodi 'Ilyad Rahimahulloh berkata : "Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaannya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah jika terlihat tanda (bukti) kcintaan tersebut pada dirinya. Tanda (bukti) cinta kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang utama adalah (dengan) meneladani beliau, mengamalkan sunnahnya, mengikuti smua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.
Termasuk cakupan dalam meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah aspek dakwah. Kita sebagai seorang yang beriman hendaknya memahami dan mengetahui bagaimana sifat dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Fungsi memahami sifat dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sangat besar. Dengannya akan menghantarkan kita kepada sikap yang bijak dan tepat dalam berdakwah, serta menjauhi sikap arogansi dan narsis dalam menyebarkan risalah Islam.

Berikut beberapa contoh sikap dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi objek dakwah yang wajib kita teladani ;

1. Sikap lemah lembut Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam terhadap orang yang kencing di Masjid.
Riwayat dari Anas Radhiallohu'anhu,ia berkata : "Ketika kami sedang berada di masjid bersama Rosululloh tiba-tiba datang seorang Arab Badui, kemudian masuk masjid dan kencing didalamnya, seketika itu para sahabat menghardiknya seraya berkata : "Biarkan ia jangan kalian putus kencingnya !", akhirnya mereka membiarkan orang tersebut menyelesaikan kencingnya, setelah itu Rosululloh memanggilnya dan bersabda kepadanya, "Sesungguhnya masjid ini tidak layak sedikitpun dikencingi dan dikotori, sesungguhnya masjid ini hanya untuk dzikir kepada Alloh, sholat, dan untuk membaca Al-Qur'an." Kemudian Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menyuruh salah seorang sahabatnya mengambil seember air dan menyiramnya ke tempat kencing orang tersebut." (HR. Al Bukhari)

2. Kesabaran Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi penduduk Thoif.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tinggal di Thoif selama sepuluh hari, Beliau tidak meninggalkan seorang pun dari toko dan pembesar negeri itu kecuali didakwahinya kepada islam, tetapi mereka menjawab : "Keluarlah dari negeri kami !", bahkan mereka menyuruh anak-anak dan orang-orang yang bodoh diantara mereka agar menghina dan mencaci maki Beliau. Ketika Beliau hendak keluar dari negeri itu, Beliau diikuti oleh orang-orang dungu penduduk negeri itu, mereka mengelilingi Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam dua barisan, kemudian mereka melempari Beliau dengan batu dan mencemoohnya dengan kata-kata yang tidak sopan dan menyakitkan, mereka melempari kedua urat di atas tumitnya dengan batu hingga kedua sandalnya terlumuri oleh darah. Zaid bin Haritsah melindungi Beliau dengan dirinya hingga kepalanya terluka oleh lemparan batu mereka. Kemudian Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kembali ke Mekkah dengan kesedihan yang dalam dan hati yang berkeping-keping. Di tengah jalan yang menuju Mekkah, Alloh Ta'ala mengutus Jibril bersama malaikat gunung yang menawarkan kepada Beliau agar diizinkan mengangkat dua gunung yang mengapit negeri Thoif kemudian melemparkannya ke negeri Thoif yang menyiksa dan menganiyayanya. (Lihat : Rahiqul Mahtum hal, 122)

3. Sikap bijak Beliau terhadap seseorang yang minta izin untuk zina.
Diriwayatkan dari Abu Umamah Radhiallahu'anhu, ia berkata : Ada seorang pemuda menemui Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam seraya berkata, "Wahai Rosululloh, izinkan aku melakukan zina, seketika itu kaum yang ada di sisi Rosululloh menghardiknya seraya berkata : "Enyahlah kamu dari sini, kemudian Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : "Dekatkanlah dia kepadaku, kemudian pemuda itu lebih mendekat kepada Rosul, kemudian beliau bersabda kepadanya : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya kepada ibumu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku sebagai tebusanmu ya Rosul, kemudian Beliau bersaba lagi : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya pada anak perempuanmu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku tebusanmu." Beliau bersabda : "Demikian juga orang lain tidak senang kalau anak perempuannya dizinahi." Beliau bersabda lagi : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya terhadap saudarimu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku sebagai tebusanmu." Beliau bersabda : "Demikian juga orang lain tidak rela kalau saudarinya dizinahi." Beliau bersabda lagi : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya terhadap bibimu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku sebagai tebusanmu." Beliau bersabda : :Demikian juga orang lain tidak rela jika bibinya dizinahi." (HR. Ahmad)

Demikian tiga contoh Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi objek dakwah yang harus kita jadikan sebagai pedoman. Tantunya masih banyak sekali bagaimana sikap Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi objek dakwah. Galilah dan pahamilah sepak terjang dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam niscaya kita akan menuai kesuksesan dalam berdakwah.

No comments:

Post a Comment