Sunday, 10 March 2013

Meneladani Murobbi Sejati Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam

Alloh Ta'ala berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh." (QS. Al-Ahzab (33) : 21)

Diantara nikmat Alloh Ta'ala yang terbesar kepada umat ini adalah diutusnya seorang Rosul yang menjadi murobbi umat yang mengajarkan mereka Al-Qur'an dan Al-Hikmah, yang menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari kemungkaran, yang menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk, dimana sebelumnya umat ini berada dalam kesesatan yang nyata.

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah murobbi sejati yang harus diteladani. Meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah sebuah kemuliaan dan menyelisihi beliau adalah sebuah kehinaan yang nyata. Meneladani beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah satu-satunya jalan menuju surga dan sebab meraih wajah Alloh Ta'ala di negeri akhirat.
Alloh Ta'ala berfirman : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh." (QS. Al-Ahzab (33) : 21)

Ayat yang mulia ini menunjukan kemuliaan dan keutamaan besar meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, karena Alloh sendiri yang menyebut perbuatan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai "teladan yang baik", yang ini menunjukan bahwa orang yang meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berarti dia telah menempuh jalan yang lurus yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Alloh Ta'ala.
Ketika menafsirkan ayat ini, imam Ibnu Katsir Rahimahulloh berkata : "Ayat yang mulia ini merupakan landasan yang dalam meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam semua ucapan, perbuatan dan akhlak beliau"

Kemudian firman Alloh Ta'ala di akhir ayat ini mengisyaratkan adanya keterikatan antara meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dengan kesempurnaan iman kepada Alloh Ta'ala dan hari akhir, yang ini berarti bahwa semangat dan kesungguhan seorang muslim untuk meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan tanda kesempurnaan imannya.
 Meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah bukti kecintaan kepada Alloh Ta'ala dan sekaligus cinta kepada Rosul-Nya. Alloh menyangkal dengan keras bagi setiap yang mengaku-ngaku mencintai Alloh tetapi tidak meneladani Rosululloh. Sebagaimana Alloh Ta'ala berfirman :
"Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh , ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imron (3) : 31)

Imam Hasan Al Bashri Rahimahulloh berkata : "Suatu kaum yang mengaku mencintai Alloh Ta'ala, maka Alloh uji dengan ayat ini atas kesungguhan cinta mereka."
Imam Al Qhodi 'Ilyad Rahimahulloh berkata : "Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaannya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah jika terlihat tanda (bukti) kcintaan tersebut pada dirinya. Tanda (bukti) cinta kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang utama adalah (dengan) meneladani beliau, mengamalkan sunnahnya, mengikuti smua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.
Termasuk cakupan dalam meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah aspek dakwah. Kita sebagai seorang yang beriman hendaknya memahami dan mengetahui bagaimana sifat dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Fungsi memahami sifat dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sangat besar. Dengannya akan menghantarkan kita kepada sikap yang bijak dan tepat dalam berdakwah, serta menjauhi sikap arogansi dan narsis dalam menyebarkan risalah Islam.

Berikut beberapa contoh sikap dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi objek dakwah yang wajib kita teladani ;

1. Sikap lemah lembut Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam terhadap orang yang kencing di Masjid.
Riwayat dari Anas Radhiallohu'anhu,ia berkata : "Ketika kami sedang berada di masjid bersama Rosululloh tiba-tiba datang seorang Arab Badui, kemudian masuk masjid dan kencing didalamnya, seketika itu para sahabat menghardiknya seraya berkata : "Biarkan ia jangan kalian putus kencingnya !", akhirnya mereka membiarkan orang tersebut menyelesaikan kencingnya, setelah itu Rosululloh memanggilnya dan bersabda kepadanya, "Sesungguhnya masjid ini tidak layak sedikitpun dikencingi dan dikotori, sesungguhnya masjid ini hanya untuk dzikir kepada Alloh, sholat, dan untuk membaca Al-Qur'an." Kemudian Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menyuruh salah seorang sahabatnya mengambil seember air dan menyiramnya ke tempat kencing orang tersebut." (HR. Al Bukhari)

2. Kesabaran Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi penduduk Thoif.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tinggal di Thoif selama sepuluh hari, Beliau tidak meninggalkan seorang pun dari toko dan pembesar negeri itu kecuali didakwahinya kepada islam, tetapi mereka menjawab : "Keluarlah dari negeri kami !", bahkan mereka menyuruh anak-anak dan orang-orang yang bodoh diantara mereka agar menghina dan mencaci maki Beliau. Ketika Beliau hendak keluar dari negeri itu, Beliau diikuti oleh orang-orang dungu penduduk negeri itu, mereka mengelilingi Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam dua barisan, kemudian mereka melempari Beliau dengan batu dan mencemoohnya dengan kata-kata yang tidak sopan dan menyakitkan, mereka melempari kedua urat di atas tumitnya dengan batu hingga kedua sandalnya terlumuri oleh darah. Zaid bin Haritsah melindungi Beliau dengan dirinya hingga kepalanya terluka oleh lemparan batu mereka. Kemudian Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kembali ke Mekkah dengan kesedihan yang dalam dan hati yang berkeping-keping. Di tengah jalan yang menuju Mekkah, Alloh Ta'ala mengutus Jibril bersama malaikat gunung yang menawarkan kepada Beliau agar diizinkan mengangkat dua gunung yang mengapit negeri Thoif kemudian melemparkannya ke negeri Thoif yang menyiksa dan menganiyayanya. (Lihat : Rahiqul Mahtum hal, 122)

3. Sikap bijak Beliau terhadap seseorang yang minta izin untuk zina.
Diriwayatkan dari Abu Umamah Radhiallahu'anhu, ia berkata : Ada seorang pemuda menemui Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam seraya berkata, "Wahai Rosululloh, izinkan aku melakukan zina, seketika itu kaum yang ada di sisi Rosululloh menghardiknya seraya berkata : "Enyahlah kamu dari sini, kemudian Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : "Dekatkanlah dia kepadaku, kemudian pemuda itu lebih mendekat kepada Rosul, kemudian beliau bersabda kepadanya : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya kepada ibumu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku sebagai tebusanmu ya Rosul, kemudian Beliau bersaba lagi : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya pada anak perempuanmu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku tebusanmu." Beliau bersabda : "Demikian juga orang lain tidak senang kalau anak perempuannya dizinahi." Beliau bersabda lagi : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya terhadap saudarimu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku sebagai tebusanmu." Beliau bersabda : "Demikian juga orang lain tidak rela kalau saudarinya dizinahi." Beliau bersabda lagi : "Apakah kamu senang jika orang lain melakukannya terhadap bibimu?", dia menjawab : "Demi Alloh, tidak, semoga Alloh menjadikanku sebagai tebusanmu." Beliau bersabda : :Demikian juga orang lain tidak rela jika bibinya dizinahi." (HR. Ahmad)

Demikian tiga contoh Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi objek dakwah yang harus kita jadikan sebagai pedoman. Tantunya masih banyak sekali bagaimana sikap Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menghadapi objek dakwah. Galilah dan pahamilah sepak terjang dakwah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam niscaya kita akan menuai kesuksesan dalam berdakwah.

Wednesday, 6 March 2013

Waspada Sihir Di Televisi

Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“…dan sangat jahatlah perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, jika mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]:102)

Paska tahun 2000-an, alat-alat teknologi semakin mencuat di negeri kita. Hal ini tentu memberikan banyak kemudahan dalam kehidupan masyarakat kita. Dan saat itu adalah awal yang semakin banyaknya masyarakat kita yang mempunyai televisi. Hingga hari ini, hampir sering kita temui bahwa tiap rumah di negeri kita pasti memiliki televisi. Baik itu di rumah, kantor, mobil dan bahkan di telepon genggam.
Sebagai sebuah produk teknologi dan benda, televisi sebenarnya bukan masalah di mata Islam. Karena Islam sangat mengapresiasi kemajuan dan perkembangan sebuah peradaban, selama itu sejalan dengan Syariat Islam. Namun, sisi lain yang harus di waspadai adalah, ‘Apa konten yang yang terkandung dan disiarkan oleh televisi itu?’.

Perang pemikiran dan peradaban (Ghazwul Fikri wal hadarah) antara Islam dan Non-Islam, setidaknya memainkan peran yang sangat kental dalam hal ini (televisi). Sehingga, ‘man behind the gun’ sangat menentukan apa yang disiarkan oleh televisi. Dimana barat yang selalu menabuh genderang perang dengan Islam dan kaum Muslimin, selalu tampil apik sebagai pengendali dunia per-televisian internasional. Termasuk juga dalam ranah per-televisian kita.
Tayangan-tayangan yang berbau pornografi, budaya sekuler, sihir dan sejenisnya adalah produk-produk unggulan yang dijadikan peluru untuk memerangi dan menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat kita. Terutama untuk menghadang laju dakwah Islamiyah yang sedang masif bergerak dan berkembang.

Hukum Sihir Dalam Islam
Dalam Islam, sihir hukumnya haram. Harga mati, tanpa tawar menawar. Pasalnya, sihir adalah salah satu praktik dari syirik. Dan syirik adalah musuh utama tauhid yang diserukan oleh Allah ta’ala, serta para Nabi dan Rasul.
Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (syetan) ‘. (QS. An-Nahl: 36)

Barang siapa mendatangi tukang ramal dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)

Barang siapa yang mendatangi dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sungguh telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad .“ (HR. Abu Dawud)

Maka, haram-lah seorang muslim mendatangi dukun, tukang tenung, tukang sihir dan yang semisal. Untuk menanyakan mengenai jodoh, pernikahan, rezeki, penyakit dan konsultasi lainnya.

…dan sangat jahatlah perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, jika mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]:102)

Ada banyak sekali tayangan-tayangan di layar televisi kita, yang menampilkan praktek-praktek sihir. Dan tentu sangat berbahaya bagi iman dan akidah kita. Misalnya: The Master, Kaderisasi Penyihir Kontemporer
The Master adalah acara reality show salah satu acara di salah satu stasiun telivisi indonesia. Semacam pencarian bakat atau akademi singkat, yang tujuannya adalah melahirkan orang-orang yang pandai sihir, sulap dan sejenisnya. Acara ini menjadi sangatlah berbahaya, karena tayangan tersebut ada di televisi dan dipertontonkan ke jutaan penduduk Indonesia.
The Master pertama kali ditayangkan pada 6 Februari 2009. Biasanya tayang setiap pukul 21.00 hingga larut malam, sekitar 00.30 WIB. Jenis-jenis sihir yang dilombakan diantaranya Escapologist,IllusionistClassicMentalist, dan Slight of Hand Artist.
Tampil sebagai tuan dan sekaligus juri dalam acara ini adalah 2 orang yang sudah familier dengan sihirnya yaitu Deddy Corbuzier dan  Romy Rafael. Keduanya merupakan orang-orang yang sangat giat mengkampanyekan sihir serta budaya-budaya satanisme (penyembahan setan) di Indonesia.
Parahnya, The Master mampu meraih rating sebanyak 11,4 dari minat pemirsa. Sehingga pernah memenangkan Panasonic Gobel Awards, untuk kategori ‘Pencarian Bakat Terbaik’ di tahun 2010.
Dan pada 26 Oktober 2012 kemarin, The Master telah memasuki season (angkatan) yang kelima. Yang tentunya lebih berani dan berbahaya bagi kaum Muslimin yang menontonnya.
Sejauh ini, sebenarnya The master telah mendapatkan reaksi yang kontroversial dari masyarakat, terutama kaum Muslimin Indonesia. Masyarakat sangat menentang The Master karena bersifat klenik, mistis dan sihir. Dan tentunya sangat bertolak belakang dengan akidah Islam.
Parahnya lagi, acara ini juga kemudian merambah dunia anak-anak. Stasiun televisi yang menayangkan The Master tersebut kemudian merilis acara ‘The Master Junior’. Acara ini merupakan ajang kompetisi sulap bagi anak-anak usia antar 6 hingga 12 tahun. Ditayangkan setiap hari Sabtu dan Minggu, dimana anak-anak biasa libur dan mempunyai waktu luang untuk menontonnya.

Pengobatan Alternatif dan Praktek Sihir di Televisi
Di layar televisi kita juga sering muncul iklan-iklan dan talk show pengobatan alternatif. Yang tak jarang juga menggunakan sihir dalam prakteknya.
Pengobatan alternatif menjadi pilihan lain yang sangat diminati oleh masyarakat kita. Biasanya mereka frustasi dan putus asa dengan mahalnya biaya pengobatan medis di rumah sakit. Atau karena penyakit mereka tidak kunjung sembuh, meskipun telah berkali-kali berobat.
Dengan metode pengobatan yang relatif sederhana dan biasanya juga murah, pengobatan alternatif telah sering ‘menjebak’ umat Islam. Karena begitu banyak yang ternyata dalam praktek pengobatannya menggunakan sihir.
Bahkan, pengobatannya dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa berbahasa Arab yang dipelintir dan disalah gunakan. Bukan ayat dan do’anya yang bermasalah, tapi distorsi (penyelewengan) atas ayat dan do’anya itu merupakan perusakan terhadap syari’at. Dan ini lebih disukai setan daripada sekedar jampi-jampi biasa. Pasalnya, lebih bisa menipu masyarakat dan lebih merusak akidah Islam, yang itu merupakan tujuan utama setan dalam praktek sihir. Yang tentunya bersekutu dan bekerjasama dengan dukun.
Bahkan, para dukun itu kemudian menggunakan istilah-istilah yang seolah-olah Islami. Seperti Thabib, Ruqyah, Terapi Herbal, Pengobatan Natural dan sejenisnya. Tak jarang pula yang menamakan diri sebagai ‘Kiyai’ atau ‘Ustadz’, lengkap dengan atribut sorban, tasbih dan pecinya. Yang padahal, di dalamnya ada unsur-unsur syirik dan klenik.
Pada Mei 2006, MUI telah mengeluarkan fatwa terkait hal ini. Intinya, pengobatan alternatif dibolehkan, dengan syarat tidak mengandung syirik dan sihir.
Beragam cara, modus, atau metode dilakukan dalam pengobatan alternatif. Salah satu yang terkenal adalah dengan mentransfer penyakit kepada bintang menggunakan kekuatan do’a, jampi-jampi, dan sebagainya.

Jauhi Sihir, Bentengi Diri dan Matikan Televisi
Mulai sekarang, kita jauhi semua bentuk sihir juga tayangan-tayangannya. Baik di televisi, radio, koran, majalah, jejaring sosial atau bahkan yang ada di Handphone kita.
Mari, bentengi diri kita dengan tarbiyah Islamiyah diatas manhaj kemurnian (Shiratul Mustaqim). Perkuat akidah, dengan menghujamkan tauhid ke dalam jiwa dan sanubari. Lalu, ajak saudara dan keluarga untuk tidak menonton dan mendekati praktek-praktek sihir.
Terakhir, yang paling penting, matikan televisi kita dari segala bentuk tayangan yang tidak Islami. Terutama tayangan sihir yang terlalu merusak iman dan akidah. Wallahu a’lam.
Dan ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan kepada jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka keberanian pada manusia.” (QS. Al-Jin: 6)

Tuesday, 5 March 2013

Si Utuy Belum Nikah...Ndeso!!

Benarlah apa yang diperbincangkan warga GMG beberapa waktu terakhir ini. Sekarang semua orang bisa menerka, mengapa Utuy tak kunjung kawin. Entah memperlambat atau memang Utuy sudah tidak doyan wanita, saking sufistiknya dia. Dia cuma ingin cintanya dipersembahkan hanya untuk Tuhannya, bukan untuk wanita. Sekalipun wanita itu cantik, bahenol, tajir, atau malah sekalian satu paket dengan “keshalihan”. Bukannya semua lelaki mendambakan itu?
Makin lama, paras memang tak bisa dibohongi. Utuy jadi makin mirip om-om kesepian. Pagi hari ia harus bangun sendiri. Melipat selimut, membenahi kasur sendiri. Masak sendiri. Cuci baju sendiri. Meracau sendiri. Ngedumel sendiri. Bikin kopi sendiri. Belum lagi kalau rhematiknya kambuh. Siapa yang akan mijitin dia. Seharusnya ada tangan lembut yang bisa menyembuhkan tanpa harus nelen obat. Yang dengan penuh kasih sayang menanyakan,”Mas Utuy, mau adinda belikan buah apa. Atau mau adinda bikinkan apa, supaya Mas Utuy bisa lekas sehat kembali”.
Apalagi musim pancaroba begini. Angin bukan hanya masuk lewat bilik, tapi juga ketiaknya Utuy. Tiap hari, Utuy diserang berupa-rupa penyakit. Kalau sudah begini, Utuy hanya bisa berdzikir, sambil hatinya bernyanyi ”Setiap keindahan, yang tampak oleh mata. Itulah perhiasan dunia. Namun yang paling indah…istri yang shalihah” sambil memegang cambangnya yang makin hari makin mirip Rhoma Irama itu. Kalau sudah kumat begini, warga GMG biasanya tertawa ngakak dari balik lobang pintu, memandangi Utuy dengan kesendiriannya.
Salahnya sendiri dia tidak mau nakal sedikit. Hidupnya terlalu lurus. Sedikit-sedikit haram. Sedikit-sedikit tidak ahsan. Padahal Utuy kurang tampan bagaimana. Sudah ada puluhan wanita sempat menaruh harapan padanya. Mulai wanita-wanita kantoran, sampai mbok-mbok tukang jamu yang biasa jadi langganan Utuy beli beras kencur.
Coba dia lebih liberal sedikit. Bukan hanya satu-dua perempuan dewasa bisa dia sikat, tapi juga anak ABG pun bisa saja dia kibuli. Kesempatan itu bukannya tidak ada. Tapi Utuynya saja yang memagari diri. Ia terlalu konservatif. Hardliner.
Utuy bukannya tidak punya rasa kasih sayang, perhatian, atau semacamnya, tapi ia memang memilih memilah-milah. Coba lihat saja, kalau ada bayi lewat di depan matanya. Ia pasti bilang “Subhanallah, lucu banget ya bayi itu”. Bayi itu langsung digendongnya. Dielus-elus. Dicium-ciumi. Dinina-bobokan. Pokoknya, dia kelihatan sudah pantas jadi bapak.
Tapi apa kata orang-orang?
Sssttt…eh, eh, eh. Tuh lihat tuh. Benar kan yang saya bilang. Utuy pedofili.” Ujar para tetangga di forum ngerumpi.
Menjadi bujang lapuk, memang menimbulkan dilema. Tapi pilihan Utuy untuk tetap menjaga dirinya dari pengaruh negatif pergaulan bebas, justru lebih menimbulkan pro-kontra. Utuy pernah teringat, kawannya bilang “Sayang Tuy, lu masih muda. Manfaatkan aja.”. Maksud kawannya Utuy, mumpung masih muda, kenapa kita malu-malu berbuat hal-hal yang “menyenangkan”. Nanti kalau sudah tua, baru kita tobat.
Kalau Utuy sedang meronda keliling Jakarta, berpapasan dengan muda-mudi yang asyik menyelami pasangan mereka masing-masing, berangkulan mesra, tukar menukar jigong, saling pegang daerah istimewanya, Utuy langsung beristighfar. “Ya Rabb, semoga saya selalu bisa berkhusnudzon bahwa muda-mudi itu adalah pasangan suami-istri yang sah”.
Pertama, karena tindakan itu hanya pantas dilakukan suami-istri. Kedua, biarpun begitu, tetap saja tidak boleh dilakukan secara vulgar di depan umum. Ketiga adalah kemungkinan terburuk. Kalau seandainya mereka bukan pasangan suami-istri, alangkah kasihannya nanti para suami dan istri mereka mendapati pasangannya ternyata “segel”-nya sudah pernah dibuka orang.
Utuy pun melihat, ada kecenderungan permisif di kalangan bangsa Indonesia. Ada artis porno dari luar negeri, tidak diapa-apain. Ada penyanyi vulgar, artis vulgar, dan lain-lain dianggap biasa saja karena bagian dari seni. Seni yang berarti kebebasan berekspresi. Kebebasan yang berarti bertindak semau gue. Yang berarti juga menindas hak-hak orang lain.
Lalu, Utuy juga tidak paham, apa variabel-variabel yang membatasi kebebasan itu sendiri. Apakah berarti kebebasan itu juga bermakna sebebas-bebasnya sehingga tidak ada lagi ruang bagi privasi itu sendiri. Tidak ada lagi nilai yang mengikat. Tidak ada lagi kriteria yang menghakimi suatu tindakan itu terpuji atau tidak. Kalau begitu caranya, apa tidak akan menimbulkan chaos sebab orang punya penafsiran sendiri-sendiri tentang kebebasan.
Orang jadi bebas buka-bukaan di depan umum. Katanya seni. Orang jadi bebas misuh-misuh/mengumpat/menganjing-anjingkan orang lain atas dasar kebebasan berekspresi, kebebasan mengungkapkan curahan hatinya yang paling dalam.
Dulu, ada muda-mudi jalan berdua di tempat sepi, sudah digrebek warga. Mereka diinterogasi di pos kamling bersama penonton satu kampung. Walau ternyata setelah ditelisik, kedua muda-mudi itu saudara kandung. Dulu wanita menunduk kalau berjalan. Takut sorot matanya melunglaikan seorang pria. Tapi sekarang, bukan hanya matanya yang kedap-kedip, tapi dadanya, bokongnya, betisnya, tambah dipajang supaya dilihat. Dulu kumpul kebo itu memalukan sekali. Sekarang biasa saja. Malahan sekarang banyak yang senang ”kumpul” dengan kebo beneran.
Dalam budaya liberal, semua jadi hak asasi. Jadi kalau seandainya Utuy nyicipi adiknya Kiblay yang cantik itu, asal sama-sama suka, itu dibilang hak asasi. Jadi, hak asasi sudah bukan berarti membela yang tertindas, tapi sudah menindas orang lain. Atas nama hak asasi, semua orang boleh saja menabrak social values.
Kalau sudah begini, kita bisa apa?
Bukan lantas era globalisasi menghendaki hidup bangsa ini menjadi westernized. Konon kabarnya, kalau gaya penampilan sudah berbau-bau Eropa, berarti sudah modern. Padahal kan di Eropa juga banyak ndeso-nya. Jangan kira di Amerika sono, hanya ada orang kaya saja. Di sana, gembel seperti Utuy bukan main banyaknya. Bahkan lebih gembel ketimbang gembel Indonesia.
Utuy pernah mendengar salah satu kawan sepergembelannya yang pernah dinas ke Eropa. Di Eropa sana, orang biasa tukar-menukar pasangan. Utuy sempat shock, ketika kawan gembelnya bercerita bahwa suami di sana sukarela “menggilir” istrinya untuk orang lain. Begitu juga istri mereka, bisa-bisa kita juga dapat ”giliran”. Utuy dalam hati nyeletuk ”Ini sama saja Piala Eropa yang diperebutkan bergilir”. Lah kok tega-teganya para suami itu. Apa mereka tidak sayang istri mereka?
”Apa ini yang namanya kebebasan?” Utuy berteriak dalam hati. Tubuhnya bergidik seperti habis melihat kuntilanak main ayunan di depan taman kompleks GMG. Ia menangis tersedu-sedu. Ia bertekad, tak akan beristri yang segelnya sudah rusak. Ia mau mencari tambatan hari yang bisa qurrota ’ayuni. Sejuk dipandang, damai di hati.
Dalam masyarakat sekuler, agama jadi urusan masing-masing. Itu terserah pandangan mereka. Dalam benak orang liberal, batasan tidak boleh mengekang atau mendzhalimi. Bahkan mereka jelas-jelas memplesetkan ayat Tuhan bahwa agama rahmat bagi semesta alam. Berarti rahmat bagi para lesbi, bagi para gay, bagi para suami yang hobi selingkuh, bagi para muda-mudi yang menjual harga dirinya, bagi para bandit, para pencoleng para koruptor…Itu juga terserah pandangan mereka.
”Masya Allah. Ya Rabb. Biarkan aku dikatakan ndeso, kampungan, konservatif, tidak modern, terbelakang, asalkan Engkau menjaga hatiku tetap lurus kepada-Mu ya Rabb. Dengan beribadah saja pun, aku tak yakin mampu menembus Syurga-Mu. Apalagi kalau ditambah bermaksiat. Pastilah aku lebih dekat pada neraka-Mu.”
”Ampuni aku Ya Rabb” wajah Utuy menunduk. Matanya berkaca-kaca.

Monday, 4 March 2013

Bahaya Hidup Terlalu Lama Bujangan

Sungguh, hampir saja kaki kita tergelincir kepada maksiat-maksiat besar kalau Allah tidak menyelamatkan kita. Dan kita bisa benar-benar memasukinya (na’udzubillahi min dzalik tsumma na’udzubillahi min dzalik) kalau kita tidak segera meniatkan untuk menjaga kesucian kemaluan kita dengan menikah. Awalnya menumbuhkan niat yang sungguh-sungguh untuk suatu saat menghalalkan pandangan mata dengan akad nikah yang sah. Mudah-mudahan Allah menolong kita dan tidak mematikan kita dalam keadaan masih membujang.
Rasulullah Muhammad Saw. pernah mengingatkan:
Orang meninggal di antara kalian yang berada dalam kehinaan adalah bujangan.”
Rasulullah Saw. juga mengingatkan bahwa, “Sebagian besar penghuni neraka adalah orang-orang bujangan.”
Seorang laki-laki yang membujang harus menanggung beban syahwat yang sangat berat. Apalagi pada masa seperti sekarang ini ketika hampir segala hal memanfaatkan gejolak syahwat untuk mencapai keinginan. Perusahaan-perusaan obat memanfaatkan gambar-gambar wanita untuk menarik pembeli. Perusahaan-perusaan rokok juga memanfaatkan gadis-gadis muda yang seronok untuk mempromosikan rokoknya di stasiun-stasiun dengan merelakan diri mengambilkan sebatang rokok sekaligus menyalakan apinya ke laki-laki yang sedang lengah ataupun sengaja “melengahkan” diri.
Tidak sekadar sampai di situ, acara-acara TV, radio bahkan artikel-artikel kesehatan dan olahraga di koran dimanfaatkan untuk mengekspos rangsang pornografis demi meningkatkan oplah. Kadang malah acara-acara keislaman yang diselenggarakan organisasi keislaman, tanpa sadar tergelincir untuk untuk ikut memanfaatkan hal-hal semacam ini lantaran ikut-ikutan dengan prosedur protokoler di TV.
Maka, tak semua dapat menahan pikiran dan angan-angannya. Dorongan-dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup yang khusus ini telah menyita konsentrasi. Daya serap terhadap ilmu tidak tajam. Apalagi untuk shalat, sulit merasakan kekhusyukan. Ketika mengucapkan iyyaKa na’budu wa iyyaKa nasta’in yang muncul bukan kesadaran mengenai kebesaran Allah yang patut disembah, melainkan bayangan-bayangan kalau suatu saat telah menikah. Malah, sebagian membayangkan pertemuan-pertemuan.
Shalat orang yang masih belum menikah memang sulit mencapai kekhusyukan, apalagi memberi bekas dalam akhlak sehari-hari. Barangkali itu sebabnya Rasulullah Muhammad Saw. menyatakan, “Shalat dua rakaat yang didirikan oleh orang yang menikah lebih baik daripada shalat malam dan berpuasa pada siang harinya yang dilakukan oleh seorang lelaki bujangan.”
Maka, bagaimana seorang yang masih membujang dapat mengejar derajat orang-orang yang sudah menikah, kalau shalat malam yang disertai puasa di siang hari saja tak bisa disejajarkan dengan derajat shalat dua rakaat mereka yang telah didampingi istri. Padahal mereka yang telah mencapai ketenangan batin, penyejuk mata dan ketenteraman jiwa dengan seorang istri yang sangat besar cintanya, bisa jadi melakukan shalat sunnah yang jauh lebih banyak dibandingkan yang belum menikah. Maka, apa yang bisa mengangkat seorang bujangan kepada kemuliaan di akhirat?
Alhasil, membujang rasanya lebih dekat dengan kehinaan, sekalipun jenggot yang lebat telah membungkus kefasihan mengucapkan dalil-dalil suci Al-Qur’an dan Al-Hadis. Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah, “Orang meninggal di antara kalian yang berada dalam kehinaan adalah bujangan.” Bujangan. Tanpa seorang pendamping yang dapat membantunya bertakwa kepada Allah, hati dapat terombang-ambing oleh gharizah (instink) untuk memenuhi panggilan biologis, oleh kerinduan untuk mempunyai sahabat khusus yang hanya kepadanya kita bisa menceritakan sisi-sisi hati yang paling sakral, serta oleh panjangnya angan-angan yang sulit sekali memangkasnya. Dalam keadaan demikian, agaknya sedikit sekali yang sempat merasakan khusyuknya shalat dan tenangnya hati karena zikir. Dalam keadaan demikian, kita bisa disibukkan oleh maksiat yang terus-menerus. Sesekali dapat melepaskan diri dari maksiat memandang wanita ajnabi (bukan muhrim), tetapi masuk kepada maksiat lainnya. Pikiran disibukkan oleh hal-hal yang kurang maslahat, sedang mulut mengucapkan kalimat-kalimat yang memiriskan hati.
Di saat seperti ini, kita dapat merenungkan sekali lagi peringatan Rasulullah Muhammad yang terjaga. Dalam sebuah hadis yang berasal dari Abu Dzar r.a., Rasulullah Saw. menegaskan:
Orang yang paling buruk di antara kalian ialah yang melajang (membujang), dan seburuk-buruk mayat (di antara) kalian ialah yang melajang (membujang).” (HR Imam Ahmad dalam Musnadnya, diriwayatkan juga oleh Abu Ya’la dari Athiyyah bin Yasar. Hadis ini dha’if, begitu ‘Abdul Hakim ‘Abdats menjelaskan).
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla melindungi kita dari kematian dalam keadaan membujang, sementara niat yang sungguh-sungguh untuk segera melangsungkan pernikahan, belum tumbuh. Semoga Allah Swt. menolong mereka yang telah mempunyai niat. Kalau belum lurus niatnya, mudah-mudahan Allah mensucikan niat dan prasangkanya. Kalau telah kuat tekadnya (‘azzam), semoga Allah menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan dipenuhi ridha-Nya. Kalau mereka masih terhalang, mudah-mudahan Allah melapangkan dan kelak memberikan keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illaLlah.
Ingatlah terhadap hal-hal yang sangat dikecam dan diberikan peringatan mengenai bahayanya, biasanya Islam memberikan penghormatan yang tinggi untuk hal-hal yang merupakan kebalikannya. Kalau membujang sangat tidak disukai, kita mendapati bahwa menikah mendekatkan manusia kepada surga-Nya. Ketika dikabarkan kepada kita bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah bujangan, kita banyak mendapati di dalam hadis tentang kemuliaan akhirat dan bahkan keindahan hidup di dunia yang insya-Allah akan didapatkan melalui pernikahan. Seorang yang menikah, berarti menyelamatkan setengah dari agamanya. Bahkan, bagi seorang remaja, menikah berarti menyelamatkan dua pertiga dari agamanya.
Kita menjumpai hadis yang memberikan pertanyaan retoris sebagai sindiran, “Apa yang menghalangi seorang mukmin untuk mempersunting istri? Mudah- mudahan Allah mengaruniainya keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illaLlah.” Maka kita juga menjumpai hadis-hadis yang menjaminkan kepada kita yang ingin menikah demi menjaga kehormatan dan kesucian farjinya.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani)
Dalam hadis lain dalam derajat shahih, Rasulullah Saw. bersabda:
“Tiga golongan orang yang pasti mendapat pertolongan Allah, yaitu budak mukatab yang bermaksud untuk melunasi perjanjiannya, orang yang menikah dengan maksud memelihara kehormatannya, dan orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR Turmudzi, An-Nasa’i, Al-Hakim dan Daruquthni).
Masih ada hadis senada. Namun demikian, ada baiknya kalau kita alihkan perhatian sejenak kepada peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah, “Bukan termasuk golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah.” (HR Thabrani).
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang memiliki keyakinan. Tanpa keyakinan, ilmu akan kosong maknanya.
[Sumber: Kupinang dengan Hamdallah/Muhammad Fauzhiel Adhiem/islampos]
Oleh : Saad Saefullah
Red : Khansa Salsabillah