Monday, 8 October 2012

Sirotulmustaqim ( Jalan Yang Lurus )

Sirotulmustaqim adalah sebuah ungkapan atau istilah yang disebut dalam banyak ayat al-Qur’an al-Karim. Secara bahasa, sirot berarti jalan yang mudah dilalui, sedangkan arti dari mustaqim adalah yang lurus, serta tidak bengkok dan cacat.

Alloh Subhanahu Wataala menyebutkan sirotulmustaqim dalam banyak ayat al-Qur’an yang merupakan firman-Nya, dan Alloh Subhanahu Wataala pun menegaskan bahwa Dia Yang Maha Agung lagi Perkasa berada di atas sirotulmustaqim.

إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“...Sesungguhnya Robbku di atas sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. Hud (11): 56]

Alloh Subhanahu Wataala memberikan hidayah berupa sirotulmustaqim kepada Nabi-Nya, Muhammad Salallahua Alaihi Wasalam

قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: ’Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Robbku sirotulmustaqim (jalan yang lurus), (yaitu) agama yang benar, agama Ibrohim yang lurus, dan Ibrohim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”[QS. al-An’am (6): 161]

Kemudian Alloh Subhanahu Wataala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar meminta petunjuk dan pertolongan untuk dapat meniti sirotulmustaqim, sebagaimana disebutkan dalam suratal-Fatihah:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ

“Tunjukilah kami sirotulmustaqim (jalan yang lurus), (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” [QS. al-Fatihah (1): 6-7]

Alloh Subhanahu Wataala juga memerintahkan kita untuk mengikuti sirotulmustaqim, sebagaimana firman-Nya:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah sirotulmustaqim (jalan-Ku yang lurus), maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah wasiat Alloh SUbhanahu Wataala kepada kalian agar kalian bertakwa.” [QS. al-An’am (6): 153]

Para ulama telah banyak membahas dan menjelaskan tentang makna sirotulmustaqim. Ibnu KatsirRahimahulolah menukil atsar (perkataan) para sahabat dan tabi’in ketika menjelas-kan sirotulmustaqim.

Di antara mereka ada yang menya-takan bahwa sirotulmustaqim adalah Islam, ada yang menyatakansirotulmustaqim adalah al-haqq (kebenar-an), lainnya lagi berkata bahwa sirotulmustaqim adalah Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam dan kedua sahabatnya, Abu Bakar dan ‘Umar Radiallhuanhu.

Kemudian Ibnu Katsir Rahimahulolah berkata:

“Semua pendapat tersebut di atas adalah benar, bahkan saling melengkapi. Karena setiap yang mengikuti Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya berarti telah mengi-kuti kebenaran, dan barangsiapa yangmengikuti kebe-naran maka ia telah mengikuti Islam, dan barangsiapa yang mengikuti Islam berarti ia telah mengikuti al-Qur’an, yaitu kitabulloh yang teguh dan jalan-Nya yang lurus.”

Beberapa pendapat yang dinukil dari para ulama salaf di atas menunjukkan dan membuktikan keluasanilmu mereka. Mereka mengetahui bahwa sirotulmustaqim berikut berbagai realisasi dan konsekuensinya adalah dengan mengikuti Islam secara kaffah (totalitas), baik secara global maupun terperinci. Islam kaffahadalah kebenaran dan kebenaran datangnya dari al-Qur’an.

Dan sebaik-baik orang yang mengamalkan dan merealisasikan apa yang terdapat dalam al-Qur’an adalah Nabi Muhammad ndan kedua sahabatnya. Oleh karena itu, Rosululloh Salallahua Alaihi Wasalam bersabda:

(( وَاقْتَدُوْا بِالَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ ))

“Ikutilah dua orang sepeninggalku; Abu Bakar dan ‘Umar.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Tidak ada jalan lain untuk sampai kepada Alloh Subhanahu Wataala kecuali dengan jalan tersebut, bahkan semua jalan tertutup bagi seluruh hamba kecuali jalan-Nya yang telah Ia jelaskan melalui lisan para rosul-Nya, dan yang Ia telah jadikan sebagai sarana yang dapat menghubungkan kepada-Nya. Dan memanghanya Alloh Subhanahu Wataala sajalah yang dapat mem-berikan petunjuk kepada sirotulmustaqimtersebut.

وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“...Dan Alloh selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. al-Baqoroh (2): 213]

Sirotulmustaqim berarti mengesakan Alloh Subhanahu Wataala dalam beribadah dan mengikuti Rosululloh, Muhammad Subhanahu Wataala dalam beribadah kepada-Nya. Tidak menyekutukan Alloh Subhanahu Wataaladengan sesuatupun dalam beribadah kepada-Nya, juga tidak menyekutukanRosululloh Salallahua Alaihi Wasalam dengan siapapun dalam ”pengikutan”. Memurnikan tauhidulloh dan memurnikan ittiba’ (mengikuti) Rosululloh Salallahua Alaihi Wasalam adalah menempuh sirotulmustaqim.

Jadi sirotulmustaqim adalah beribadah hanya kepada Alloh Subhanahu Wataalasemata, dengan tidak menyekutukan-Nya, serta ittiba’ secara total kepada Muhammad Salallahua Alaihi Wasalam , yang merupakan realisasi dari syahadatain (dua kalimat syahadat); bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh Subhanahu Wataala dan bersaksi bahwa Muhammad Salallahua Alaihi Wasalamadalah rosul (utusan)-Nya. Keduanya, tauhid dan ittiba’ adalah dasar dan landasan Islam yang paling utama.

Di ayat 161 surat al-An’am yang tadi kita paparkan, Alloh Subhanahu Wataala menjelaskan bahwasirotulmustaqim adalah “agama yang benar, agama Ibrohim Alaaihi Salam yang lurus.” Agama itu adalah Islam. Jadi sirotulmustaqim adalah Islam.

Sebagai pendukung apa yang telah dikemukakan di atas, Ibnul Qoyyim Rahimahulolah berkata:

“Ungkapan yang bersifat menyeluruh tentang sirotul-mustaqim, bahwa ia (sirotulmustaqim) adalah jalan yang dipancangkan Alloh untuk para hamba-Nya yang dapat menghubungkan kepada-Nya melalui lisan para rosul-Nya.

Tidak ada jalan lain untuk sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan tersebut, yaitu mengesakan-Nya dalam beribadah dan mengesakan para rosul-Nya dalam ketaatan. Dan hal ini merupakan kandungan utama dari syahadat La Ilaha Illalloh dan syahadat Anna Muham-madan ‘Abduhu wa Rosuluhu.

Kesimpulannya, yaitu engkau mencintainya dengan sepenuh hati dan meridoi-nya dengan segenap upaya, sehingga dalam hatimu tidak ada hal lain selain dipenuhi kecintaan kepadanya, dan tidak ada sedikitpun kehendak atau upayamu kecuali untuk menggapai keridoannya.

Hal ini tiada lain adalah al-haqq (kebenaran), yaitu dengan mengenal dan meng-amalkannya (kebenaran) serta dengan mengetahui agama yang dibawa oleh para rosul utusan Alloh Subhanahu Wataala dan menja-lankannya dengan konsekuen.”

No comments:

Post a Comment