Sirotulmustaqim adalah sebuah ungkapan atau istilah yang disebut dalam
banyak ayat al-Qur’an al-Karim. Secara bahasa, sirot berarti jalan yang
mudah dilalui, sedangkan arti dari mustaqim adalah yang lurus, serta
tidak bengkok dan cacat.
Alloh Subhanahu Wataala menyebutkan
sirotulmustaqim dalam banyak ayat al-Qur’an yang merupakan firman-Nya,
dan Alloh Subhanahu Wataala pun menegaskan bahwa Dia Yang Maha Agung
lagi Perkasa berada di atas sirotulmustaqim.
إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“...Sesungguhnya Robbku di atas sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. Hud (11): 56]
Alloh Subhanahu Wataala memberikan hidayah berupa sirotulmustaqim kepada Nabi-Nya, Muhammad Salallahua Alaihi Wasalam
قُلْ
إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah:
’Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Robbku sirotulmustaqim (jalan
yang lurus), (yaitu) agama yang benar, agama Ibrohim yang lurus, dan
Ibrohim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”[QS. al-An’am (6):
161]
Kemudian Alloh Subhanahu Wataala memerintahkan
hamba-hamba-Nya yang beriman agar meminta petunjuk dan pertolongan untuk
dapat meniti sirotulmustaqim, sebagaimana disebutkan dalam
suratal-Fatihah:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
“Tunjukilah
kami sirotulmustaqim (jalan yang lurus), (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” [QS. al-Fatihah (1):
6-7]
Alloh Subhanahu Wataala juga memerintahkan kita untuk mengikuti sirotulmustaqim, sebagaimana firman-Nya:
وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah
sirotulmustaqim (jalan-Ku yang lurus), maka ikutilah dia, dan janganlah
kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah wasiat Alloh
SUbhanahu Wataala kepada kalian agar kalian bertakwa.” [QS. al-An’am
(6): 153]
Para ulama telah banyak membahas dan menjelaskan
tentang makna sirotulmustaqim. Ibnu KatsirRahimahulolah menukil atsar
(perkataan) para sahabat dan tabi’in ketika menjelas-kan
sirotulmustaqim.
Di antara mereka ada yang menya-takan bahwa
sirotulmustaqim adalah Islam, ada yang menyatakansirotulmustaqim adalah
al-haqq (kebenar-an), lainnya lagi berkata bahwa sirotulmustaqim adalah
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam dan kedua sahabatnya, Abu Bakar
dan ‘Umar Radiallhuanhu.
Kemudian Ibnu Katsir Rahimahulolah berkata:
“Semua
pendapat tersebut di atas adalah benar, bahkan saling melengkapi.
Karena setiap yang mengikuti Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya berarti
telah mengi-kuti kebenaran, dan barangsiapa yangmengikuti kebe-naran
maka ia telah mengikuti Islam, dan barangsiapa yang mengikuti Islam
berarti ia telah mengikuti al-Qur’an, yaitu kitabulloh yang teguh dan
jalan-Nya yang lurus.”
Beberapa pendapat yang dinukil dari para
ulama salaf di atas menunjukkan dan membuktikan keluasanilmu mereka.
Mereka mengetahui bahwa sirotulmustaqim berikut berbagai realisasi dan
konsekuensinya adalah dengan mengikuti Islam secara kaffah (totalitas),
baik secara global maupun terperinci. Islam kaffahadalah kebenaran dan
kebenaran datangnya dari al-Qur’an.
Dan sebaik-baik orang yang
mengamalkan dan merealisasikan apa yang terdapat dalam al-Qur’an adalah
Nabi Muhammad ndan kedua sahabatnya. Oleh karena itu, Rosululloh
Salallahua Alaihi Wasalam bersabda:
(( وَاقْتَدُوْا بِالَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ ))
“Ikutilah dua orang sepeninggalku; Abu Bakar dan ‘Umar.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tidak
ada jalan lain untuk sampai kepada Alloh Subhanahu Wataala kecuali
dengan jalan tersebut, bahkan semua jalan tertutup bagi seluruh hamba
kecuali jalan-Nya yang telah Ia jelaskan melalui lisan para rosul-Nya,
dan yang Ia telah jadikan sebagai sarana yang dapat menghubungkan
kepada-Nya. Dan memanghanya Alloh Subhanahu Wataala sajalah yang dapat
mem-berikan petunjuk kepada sirotulmustaqimtersebut.
وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“...Dan
Alloh selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada
sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. al-Baqoroh (2): 213]
Sirotulmustaqim
berarti mengesakan Alloh Subhanahu Wataala dalam beribadah dan
mengikuti Rosululloh, Muhammad Subhanahu Wataala dalam beribadah
kepada-Nya. Tidak menyekutukan Alloh Subhanahu Wataaladengan sesuatupun
dalam beribadah kepada-Nya, juga tidak menyekutukanRosululloh Salallahua
Alaihi Wasalam dengan siapapun dalam ”pengikutan”. Memurnikan
tauhidulloh dan memurnikan ittiba’ (mengikuti) Rosululloh Salallahua
Alaihi Wasalam adalah menempuh sirotulmustaqim.
Jadi
sirotulmustaqim adalah beribadah hanya kepada Alloh Subhanahu
Wataalasemata, dengan tidak menyekutukan-Nya, serta ittiba’ secara total
kepada Muhammad Salallahua Alaihi Wasalam , yang merupakan realisasi
dari syahadatain (dua kalimat syahadat); bersaksi bahwa tidak ada ilah
yang berhak disembah kecuali Alloh Subhanahu Wataala dan bersaksi bahwa
Muhammad Salallahua Alaihi Wasalamadalah rosul (utusan)-Nya. Keduanya,
tauhid dan ittiba’ adalah dasar dan landasan Islam yang paling utama.
Di
ayat 161 surat al-An’am yang tadi kita paparkan, Alloh Subhanahu
Wataala menjelaskan bahwasirotulmustaqim adalah “agama yang benar, agama
Ibrohim Alaaihi Salam yang lurus.” Agama itu adalah Islam. Jadi
sirotulmustaqim adalah Islam.
Sebagai pendukung apa yang telah dikemukakan di atas, Ibnul Qoyyim Rahimahulolah berkata:
“Ungkapan
yang bersifat menyeluruh tentang sirotul-mustaqim, bahwa ia
(sirotulmustaqim) adalah jalan yang dipancangkan Alloh untuk para
hamba-Nya yang dapat menghubungkan kepada-Nya melalui lisan para
rosul-Nya.
Tidak ada jalan lain untuk sampai kepada-Nya, kecuali
melalui jalan tersebut, yaitu mengesakan-Nya dalam beribadah dan
mengesakan para rosul-Nya dalam ketaatan. Dan hal ini merupakan
kandungan utama dari syahadat La Ilaha Illalloh dan syahadat Anna
Muham-madan ‘Abduhu wa Rosuluhu.
Kesimpulannya, yaitu engkau
mencintainya dengan sepenuh hati dan meridoi-nya dengan segenap upaya,
sehingga dalam hatimu tidak ada hal lain selain dipenuhi kecintaan
kepadanya, dan tidak ada sedikitpun kehendak atau upayamu kecuali untuk
menggapai keridoannya.
Hal ini tiada lain adalah al-haqq
(kebenaran), yaitu dengan mengenal dan meng-amalkannya (kebenaran) serta
dengan mengetahui agama yang dibawa oleh para rosul utusan Alloh
Subhanahu Wataala dan menja-lankannya dengan konsekuen.”
Monday, 8 October 2012
Titik Mula Sebuah Perjalanan
Di suatu waktu yang sangat syahdu... di tempat yang sangat tinggi dan
mulia...di atas lapisan langit-langit yang biru... di waktu itu dan di
tempat itulah manusia pertama dicipta-kan. Diciptakan dari gumpalan
tanah yang dibentuk dan disusun langsung oleh Pencipta alam
semesta...Alloh Subhanahu Wataala . Sebelum gumpalan tanah itu menjadi
makhluk hidup yang sangat dimuliakan dan diberi nama Manusia... telah
terjadi dialog sakral di alam yang sakral pula.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
"Ingatlah ketika Robbmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang kholifah di muka bumi. Merekapun (para malaikat) berkata: Mengapa Engkau menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya danmenumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? (Alloh) berfir-man: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." [QS. Al Baqoroh (2): 30]
Setelah itu diciptakanlah tubuh makhluk itu oleh kedua tangan Alloh Subhanahu Wataala sendiri dan ditiupkan padanya ruh dan seketika hiduplah tubuh itu menjadi seorang makhluk baru. Kemudian setelah Alloh Subhanahu Wataala mengajarkan ilmu kepada makhluk itu dan dibuktikan ketinggian ilmunya kepadapara malaikat, maka diperintahkanlah para malaikat untuk bersujudkepada makhluk baru ini sebagai tandapenghormatan dan kemuliaan baginya dan ketundukan kepada penciptanya, maka sujudlah para makhluk yang suci itu.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
"(Ingatlah) ketika Robbmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Ku-sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan kepada-nya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kalian ber-sujud kepadanya." [QS. Shod (38): 71-72].
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemuka-kannya kepada para malaikat seraya berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian memang benar orang-orang yang benar!.
Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Alloh berfirman: Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.
Maka setelah diberi-tahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Alloh berfirman: Bukankah sudah Ku katakan kepada kalian, bahwa Sesungguhnya Aku menge-tahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kaliansembunyikan?".
Dan (Ingatlah) ketika kami ber-firman kepada para malaikat: "Sujudlah kalian kepada Adam," Maka sujud-lah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur maka jadilah ia dari g olongan orang-orang yang kafir. [QS. al Baqoroh (2) : 31-34].
Akan tetapi di sana ada satu makhluk yang menolak untuk bersujud, menolak perintah dari Sang Pencipta. Apakah gerangan sebabnya….? Apakah karena dia bukan dari bangsa malaikat, lantas merasa tidak tercakup dalam perintah itu..? Bukan..! Sama sekali bukan itu sebabnya! Tetapi sebabnya adalah kesombongan! Kesombongan atas makhluk baru ini karena merasa lebih tinggi dari padanya.
Sombong pula ketika menganggap bahwa perintah Alloh Subhanahu Wataala tidak harus dilaksanakan tanpa disaring oleh akalnya terlebih dahulu. Dialah Iblis terkutuk! Makhluk yang setelah itu dilaknat sampai hari kiamat, dijauhi dari rahmat Alloh Subhanahu Wataala
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
إِلا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
"(Ingatlah) ketika Robbmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku-sem-purnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepada-nya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kalian ber-sujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan jadilah dia termasuk orang-orang yang kafir.
Alloh berfirman: Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengankedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orangyang (lebih) tinggi?".
Iblis berkata: Aku lebih baik daripadanya, Karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. Alloh berfirman: Keluarlah kau dari surga! Sesung-guhnya kau adalah orang yang terkutuk, sesung-guhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan. [QS. Shod (38) : 71-78]
Adapun Adam Alaihi Salam sang manusia pertama telah dirahmati Alloh Subhanahu Wataala dan dikaruniai seorang istri yang diciptakan dari tulang rusuknya sendiri.
Mereka berdua dimuliakan Alloh Subhanahu Wataala dengan dimasukkan ke dalam surga yang indah, penuh kemudahan, tidak ada padanya kesusahan dan kesedihan, segalanya sangat menyenangkan sekali. Ketika itu Alloh Subhanahu Wataalapun berpesan kepada keduanya dengan pesan-pesan yang sangat mulia.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
"Dan kami berfirman: "Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik kapan saja kalian kehendaki, dan janganlah kalian dekati pohon ini, kalau kalian dekati maka kalian akan menjadi orang-orang yang dzolim. [QS. al Baqoroh (2): 35]
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى
"Maka kami berkata: Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istri-mu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kalian berdua dari surga, yang menyebabkan kamumenjadi sengsara". [QS. Thoha (20): 117]
Tetapi ternyata Adam Alaihi Salam dan istrinya tidak sanggup melaksanakan pesan-pesan itu, ketika setan yang sudah terlaknat itu berhasil menipu mereka dengan bujukan-bujukan laksana seorang penasehat yang setia.
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya keteguhan yang cukup". (QS. Thoha (20): 115)
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لا يَبْلَى
"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa? [QS. Thoha (20): 120]
فَأَكَلا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
"Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-aurat mere-ka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Robbnya dan sesatlah ia. Kemu-dian Robbnya memilihnya dan menerima taubat-nya serta memberinya petunjuk". [QS. Thoha (20): 121-122]
َوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
فَدَلاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari aurat mereka dan setan berkata: Robb kalian tidak melarang kalian untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. Sesungguh-nya saya adalah seorang penasehat bagi kalian berdua.
Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah mencicipi buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Robb mereka menyeru mereka:Bukankah Aku telah melarang kalian berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepada kalian: Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua?"
Sebenarnya sebelum kejadian itu Setan pun telah meng-ucapkan ancaman-ancamannya terhadap Adam dan anak-cucu keturunannya....
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
"Iblis menjawab: Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (Sirotulmustaqim)." [QS. al A’rof (7): 16]
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis menjawab: (aku bersumpah) demi kejayaan Mu (demi Alloh), Aku akan menyesatkan merekasemuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara mereka. [QS. Shod (38): 82-
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
"Iblis berkata: Wahai Robbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, akan kujadi-kan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." [QS. al Hijr (15): 39]
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا
"Dia (Iblis) berkata: Lihatlah orang yang Engkau muliakan atas diriku ini, Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya akan kusesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil. [QS. al Isro’ (17): 62]
Kedua jenis makhluk yang saling bermusuhan itu pun sama-sama terusir..! Diturunkan ke bumi, tempat mereka menjalani kehidupan sampai datang kepada mereka kematian. Tetapi keadaan di antara keduanya sangat berbeda.
Adam Subhanahu Wataala dan istrinya diturunkan setelah meraih ampunan dari Alloh Subhanahu Wataala dengan sebab taubat mereka
yang mana taubat itupun Alloh Subhanahu Wataala telah yang mengajarkannya. Maka turunlah Adam Alaihi Salam ke bumi sebagai orang yang sudah disucikan dari dosa tersebut dan turun sebagai seorang nabi.
Sedangkan Iblis yang sombong dan congkak, bukannya bertaubat ketika ditegur tetapi malah menyombongkan dirinya, menantang dan memprotes hukum serta perintah Alloh Subhanahu Wataala , maka iapun mendapatkan laknat (lawannya rahmat) sampai hari kiamat.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
َتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Robbnya, Maka Alloh menerima taubatnya. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [QS. Al Baqoroh (2): 37]
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
"Kemudian Robbnya memilihnya dan menerima taubatnya serta memberinya petunjuk". (QS. Thoha (20): 122)
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ
"Alloh berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Iblis menjawab: Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Alloh berfirman: Turunlah Kau dari surga itu..!! tidak sepatutnya kau menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah, sesungguhnya kau termasuk orang-orang yang hina.
Iblis menjawab: Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Alloh berfirman: Baiklah! kamu termasuk mereka yang diberi tang-guh. Iblis menjawab: Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Alloh berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kalian semuanya." [QS. al A’rof (7): 12-18]
A. Pesan di Gerbang Surga.
Di pelepasan kedua makhluk Alloh Subhanahu Wataala itu, Alloh Subhanahu Wataala pun memberi pesan terakhir sebelum mereka menjalani kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan liku-liku kesedihan dan kesulitan. Kehidupan yang penuh cobaan dan pertarungan diantara keduanya. Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
”Alloh Subhanahu Wataala berfirman: Turunlah kalian semua dari surga..!!, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan akan Kami kumpulkan mereka pada hari kiamat dalam keadaan buta". [QS. Thoha (20): 123-124]
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Kami berfirman: Turunlah kalian semuanya dari surga itu.! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." [QS. al Baqoroh (2): 38-39]
Turunlah Adam Alaihi Salam dan istrinya untuk menjalankan tugas yang memang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu:
"Beribadah hanya kepada Alloh Subhanahu Wataala dengan menyandang jabatan sebagai Kholifah di muka bumi".
Jadilah kehidupan surga yang pernah dikenyamnya sebagai perindu didalam fitrahnya…
dan fitrah keturun-annya untuk merindukan kampung halaman asli mereka, surga yang abadi. Jadilah pula penipuan Iblis atasnya sebagai pelajaran baginya dan keturunannya.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian sampai ditipu oleh setan sebagaimana Ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga. Ia menanggalkan dari keduanya pakaian mereka untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat-aurat mereka. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian sedangkan kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman ." [QS. al A’rof (7): 27)]
B. Sebuah Ancaman Abadi
Dengan rasa berang karena dengki dan dendam kepada Adam Alaihi Salam serta ledakan kekufuran yang sangat dahsyat yang selama ini terpendam didalam lapisan bawah hatinya, Iblis pun berteriak: "Akan ku-duduki jalan-Mu yang lurus! Akan ku-cegah mereka untuk menitinya!!".
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
"Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum-ku tersesat!, Akan ku-halangi mereka dari jalan yanglurus (Sirotulmustaqim)!" [QS. al A’rof (7): 16]
Diasudah bertekad untuk menghabiskan umurnya menjadi "Penjegal" Sirotulmustaqim dengan sekuat tenaganya mencegah dan mengecohkan anak-anak Adam Alaihi Salam dari memasuki Sirotulmustaqim.
Segala tipu muslihat dilakukannya. Dari membuat jalan-jalan alternatif yang terang-terangan memakai nama lain selain Islam, sampai pada ajaran-ajaran yang mengatasnamakan Islam dan ajaran-ajaran bid'ah.
Dari agama-agama kesyirikan yang menyembah patung-patung, binatang ataupun matahari sampaikesyirikan-kesyirikan terselubung seperti sihir, istigotsah kepada selain Alloh Subhanahu Wataala , ruwatan dan lain-lain, sampai kepada memutarbalikkan ajaran Islam itu sendiri!!.
Demikian juga makanan-makanan dan minuman-minuman haram yang diganti namanya dengan nama-nama yang di indah-indahkan dan diekspose manfaat dustanya. Pintu-pintu maksiat diperluas dan dihiasi ketakwaan dicela sampai-sampai peninggalannya menjadi salah satu sifat bijaksana atau syarat untuk menjadi manusia moderen yang beradab. Semua itu dengan tujuan menggiring manusia ke pintu-pintuJahannam.
Demikian pentingnya Sirotulmustaqim itu sampai Iblis siap menghabiskan seluruh umurnya untuk menyumbat Sirotulmustaqim dihadapan manusia. jadi apa gerangan Sirotulmustaqim itu..?
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
"Ingatlah ketika Robbmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang kholifah di muka bumi. Merekapun (para malaikat) berkata: Mengapa Engkau menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya danmenumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? (Alloh) berfir-man: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." [QS. Al Baqoroh (2): 30]
Setelah itu diciptakanlah tubuh makhluk itu oleh kedua tangan Alloh Subhanahu Wataala sendiri dan ditiupkan padanya ruh dan seketika hiduplah tubuh itu menjadi seorang makhluk baru. Kemudian setelah Alloh Subhanahu Wataala mengajarkan ilmu kepada makhluk itu dan dibuktikan ketinggian ilmunya kepadapara malaikat, maka diperintahkanlah para malaikat untuk bersujudkepada makhluk baru ini sebagai tandapenghormatan dan kemuliaan baginya dan ketundukan kepada penciptanya, maka sujudlah para makhluk yang suci itu.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
"(Ingatlah) ketika Robbmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Ku-sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan kepada-nya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kalian ber-sujud kepadanya." [QS. Shod (38): 71-72].
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemuka-kannya kepada para malaikat seraya berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian memang benar orang-orang yang benar!.
Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Alloh berfirman: Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.
Maka setelah diberi-tahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Alloh berfirman: Bukankah sudah Ku katakan kepada kalian, bahwa Sesungguhnya Aku menge-tahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kaliansembunyikan?".
Dan (Ingatlah) ketika kami ber-firman kepada para malaikat: "Sujudlah kalian kepada Adam," Maka sujud-lah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur maka jadilah ia dari g olongan orang-orang yang kafir. [QS. al Baqoroh (2) : 31-34].
Akan tetapi di sana ada satu makhluk yang menolak untuk bersujud, menolak perintah dari Sang Pencipta. Apakah gerangan sebabnya….? Apakah karena dia bukan dari bangsa malaikat, lantas merasa tidak tercakup dalam perintah itu..? Bukan..! Sama sekali bukan itu sebabnya! Tetapi sebabnya adalah kesombongan! Kesombongan atas makhluk baru ini karena merasa lebih tinggi dari padanya.
Sombong pula ketika menganggap bahwa perintah Alloh Subhanahu Wataala tidak harus dilaksanakan tanpa disaring oleh akalnya terlebih dahulu. Dialah Iblis terkutuk! Makhluk yang setelah itu dilaknat sampai hari kiamat, dijauhi dari rahmat Alloh Subhanahu Wataala
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
إِلا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
"(Ingatlah) ketika Robbmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku-sem-purnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepada-nya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kalian ber-sujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan jadilah dia termasuk orang-orang yang kafir.
Alloh berfirman: Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengankedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orangyang (lebih) tinggi?".
Iblis berkata: Aku lebih baik daripadanya, Karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. Alloh berfirman: Keluarlah kau dari surga! Sesung-guhnya kau adalah orang yang terkutuk, sesung-guhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan. [QS. Shod (38) : 71-78]
Adapun Adam Alaihi Salam sang manusia pertama telah dirahmati Alloh Subhanahu Wataala dan dikaruniai seorang istri yang diciptakan dari tulang rusuknya sendiri.
Mereka berdua dimuliakan Alloh Subhanahu Wataala dengan dimasukkan ke dalam surga yang indah, penuh kemudahan, tidak ada padanya kesusahan dan kesedihan, segalanya sangat menyenangkan sekali. Ketika itu Alloh Subhanahu Wataalapun berpesan kepada keduanya dengan pesan-pesan yang sangat mulia.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
"Dan kami berfirman: "Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik kapan saja kalian kehendaki, dan janganlah kalian dekati pohon ini, kalau kalian dekati maka kalian akan menjadi orang-orang yang dzolim. [QS. al Baqoroh (2): 35]
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى
"Maka kami berkata: Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istri-mu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kalian berdua dari surga, yang menyebabkan kamumenjadi sengsara". [QS. Thoha (20): 117]
Tetapi ternyata Adam Alaihi Salam dan istrinya tidak sanggup melaksanakan pesan-pesan itu, ketika setan yang sudah terlaknat itu berhasil menipu mereka dengan bujukan-bujukan laksana seorang penasehat yang setia.
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya keteguhan yang cukup". (QS. Thoha (20): 115)
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لا يَبْلَى
"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa? [QS. Thoha (20): 120]
فَأَكَلا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
"Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-aurat mere-ka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Robbnya dan sesatlah ia. Kemu-dian Robbnya memilihnya dan menerima taubat-nya serta memberinya petunjuk". [QS. Thoha (20): 121-122]
َوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
فَدَلاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari aurat mereka dan setan berkata: Robb kalian tidak melarang kalian untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. Sesungguh-nya saya adalah seorang penasehat bagi kalian berdua.
Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah mencicipi buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Robb mereka menyeru mereka:Bukankah Aku telah melarang kalian berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepada kalian: Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua?"
Sebenarnya sebelum kejadian itu Setan pun telah meng-ucapkan ancaman-ancamannya terhadap Adam dan anak-cucu keturunannya....
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
"Iblis menjawab: Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (Sirotulmustaqim)." [QS. al A’rof (7): 16]
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis menjawab: (aku bersumpah) demi kejayaan Mu (demi Alloh), Aku akan menyesatkan merekasemuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara mereka. [QS. Shod (38): 82-
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
"Iblis berkata: Wahai Robbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, akan kujadi-kan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." [QS. al Hijr (15): 39]
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا
"Dia (Iblis) berkata: Lihatlah orang yang Engkau muliakan atas diriku ini, Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya akan kusesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil. [QS. al Isro’ (17): 62]
Kedua jenis makhluk yang saling bermusuhan itu pun sama-sama terusir..! Diturunkan ke bumi, tempat mereka menjalani kehidupan sampai datang kepada mereka kematian. Tetapi keadaan di antara keduanya sangat berbeda.
Adam Subhanahu Wataala dan istrinya diturunkan setelah meraih ampunan dari Alloh Subhanahu Wataala dengan sebab taubat mereka
yang mana taubat itupun Alloh Subhanahu Wataala telah yang mengajarkannya. Maka turunlah Adam Alaihi Salam ke bumi sebagai orang yang sudah disucikan dari dosa tersebut dan turun sebagai seorang nabi.
Sedangkan Iblis yang sombong dan congkak, bukannya bertaubat ketika ditegur tetapi malah menyombongkan dirinya, menantang dan memprotes hukum serta perintah Alloh Subhanahu Wataala , maka iapun mendapatkan laknat (lawannya rahmat) sampai hari kiamat.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
َتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Robbnya, Maka Alloh menerima taubatnya. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [QS. Al Baqoroh (2): 37]
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
"Kemudian Robbnya memilihnya dan menerima taubatnya serta memberinya petunjuk". (QS. Thoha (20): 122)
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ
"Alloh berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Iblis menjawab: Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Alloh berfirman: Turunlah Kau dari surga itu..!! tidak sepatutnya kau menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah, sesungguhnya kau termasuk orang-orang yang hina.
Iblis menjawab: Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Alloh berfirman: Baiklah! kamu termasuk mereka yang diberi tang-guh. Iblis menjawab: Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Alloh berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kalian semuanya." [QS. al A’rof (7): 12-18]
A. Pesan di Gerbang Surga.
Di pelepasan kedua makhluk Alloh Subhanahu Wataala itu, Alloh Subhanahu Wataala pun memberi pesan terakhir sebelum mereka menjalani kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan liku-liku kesedihan dan kesulitan. Kehidupan yang penuh cobaan dan pertarungan diantara keduanya. Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
”Alloh Subhanahu Wataala berfirman: Turunlah kalian semua dari surga..!!, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan akan Kami kumpulkan mereka pada hari kiamat dalam keadaan buta". [QS. Thoha (20): 123-124]
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Kami berfirman: Turunlah kalian semuanya dari surga itu.! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." [QS. al Baqoroh (2): 38-39]
Turunlah Adam Alaihi Salam dan istrinya untuk menjalankan tugas yang memang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu:
"Beribadah hanya kepada Alloh Subhanahu Wataala dengan menyandang jabatan sebagai Kholifah di muka bumi".
Jadilah kehidupan surga yang pernah dikenyamnya sebagai perindu didalam fitrahnya…
dan fitrah keturun-annya untuk merindukan kampung halaman asli mereka, surga yang abadi. Jadilah pula penipuan Iblis atasnya sebagai pelajaran baginya dan keturunannya.
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian sampai ditipu oleh setan sebagaimana Ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga. Ia menanggalkan dari keduanya pakaian mereka untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat-aurat mereka. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian sedangkan kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman ." [QS. al A’rof (7): 27)]
B. Sebuah Ancaman Abadi
Dengan rasa berang karena dengki dan dendam kepada Adam Alaihi Salam serta ledakan kekufuran yang sangat dahsyat yang selama ini terpendam didalam lapisan bawah hatinya, Iblis pun berteriak: "Akan ku-duduki jalan-Mu yang lurus! Akan ku-cegah mereka untuk menitinya!!".
Alloh Subhanahu Wataala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
"Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum-ku tersesat!, Akan ku-halangi mereka dari jalan yanglurus (Sirotulmustaqim)!" [QS. al A’rof (7): 16]
Diasudah bertekad untuk menghabiskan umurnya menjadi "Penjegal" Sirotulmustaqim dengan sekuat tenaganya mencegah dan mengecohkan anak-anak Adam Alaihi Salam dari memasuki Sirotulmustaqim.
Segala tipu muslihat dilakukannya. Dari membuat jalan-jalan alternatif yang terang-terangan memakai nama lain selain Islam, sampai pada ajaran-ajaran yang mengatasnamakan Islam dan ajaran-ajaran bid'ah.
Dari agama-agama kesyirikan yang menyembah patung-patung, binatang ataupun matahari sampaikesyirikan-kesyirikan terselubung seperti sihir, istigotsah kepada selain Alloh Subhanahu Wataala , ruwatan dan lain-lain, sampai kepada memutarbalikkan ajaran Islam itu sendiri!!.
Demikian juga makanan-makanan dan minuman-minuman haram yang diganti namanya dengan nama-nama yang di indah-indahkan dan diekspose manfaat dustanya. Pintu-pintu maksiat diperluas dan dihiasi ketakwaan dicela sampai-sampai peninggalannya menjadi salah satu sifat bijaksana atau syarat untuk menjadi manusia moderen yang beradab. Semua itu dengan tujuan menggiring manusia ke pintu-pintuJahannam.
Demikian pentingnya Sirotulmustaqim itu sampai Iblis siap menghabiskan seluruh umurnya untuk menyumbat Sirotulmustaqim dihadapan manusia. jadi apa gerangan Sirotulmustaqim itu..?
Thursday, 27 September 2012
Siapa Sebenarnya Ahmadinejad?
Siapa Sebenarnya Ahmadinejad: Bernama Belakang Yahudi
Di dunia sekarang ini, hanya ada tiga
nama yang sering sekali melekat di kaos oblong dan buku-buku pergerakan.
Usamah bin Laden, Che Guevara, dan Mahmoud Ahmadinejad. Usamah sejak
sekitar tahun yang lalu telah diberitakan tiada, tewas oleh Amerika,
namun tentara-tentara Negara Paman Sam itu masih terus berada di
Afghanistan dengan dalih yang sama; memberantas teroris.
Sedangkan Che Guevara, walau tidak
sekencang dahulu, namun sosoknya begitu lengket di benak dan ideologi
para kaum gerakan kiri. Walau satu dua, Che selalu ada dimana-mana.
Sosok
satu lagi adalah Ahmadinejad. Dalam kurun waktu 8 tahun belakangan ini
Ahmadinejad tiba-tiba saja “digilai” oleh begitu banyak para pemuda
Islam. Ia dianggap sebagai cerminan seorang pemimpin yang sederhana dan
bersahaja, taat terhadap ajaran agamanya. Yang paling penting,
Ahmadinejad dianggap sangat vokal terhadap Amerika Serikat dan
Israel—dua negara yang selama ini dianggap sebagai pihak yang selalu
berseberangan dengan Islam.
Akhirnya, para pemuda Islam ini
menapikan kenyataan bahwa Ahmadinejad adalah seorang presiden Iran. Dan
presiden Iran kita tahu, ia harus seorang Syiah. Selama ini, media Barat
memosisikan bahwa Syiah adalah salah satu aliran atau sekte dari Islam.
Padahal kenyataannya, Syiah ya Syiah. Islam ya Islam. Keduanya berbeda
sangat dalam secara ideologis dan pemahaman.
Satu
persatu para pemuda Islam yang mulai memahami peta Iran di Timur
Tengah, dan bagaimana hasadnya Syiah terhadap Islam—tak peduli darimana
Islam itu berasal, baik Sunni ataupun lainnya, mulai meninggalkan
Ahmadinejad sebagai sosok panutan. Yang tersisa dari para pengagum
Ahmadinejad kemudian hanya dua kelompok saja. Pertama, mereka yang juga
menganut Syiah sebagai keyakinan. Kedua, para pemuda yang tak membaca
banyak tentang kongkalingkong Iran-Amerika-Israel.
Siapa sebenarnya Ahmadinejad ini?
Menjelang pemilihan umum Maret 2008, ada sebuah berita yang mengejutkan. Telegraph.co.uk—harian
berita dari Inggris—memuat sebuah foto Ahmadinejad sambil mengangkat
kartu identitasnya selama pemilihan umum. Entah bagaimana, kartu
identitas itu tercium memiliki akar Yahudi. Berita itu kemudian menjadi
bahan sorotan khusus sejumlah media di Indonesia.
Menurut klaim Telegraph, dokumen close-up
itu mengungkapkan bahwa Ahmadinejad sebelumnya dikenal sebagai
Sabourjian—atau artinya kurang lebih tukang kain tenun dalam arti nama
bahasa Yahudi. Telegraph, melaporkan, sebuah catatan pendek
yang tertulis di kartu itu menunjukkan keluarganya berubah nama menjadi
Ahmadinejad, ketika memeluk Islam setelah kelahirannya. Sabourjian
berasal dari Aradan, tempat kelahiran Ahmadinejad, dan nama itu
diturunkan dari “penenun dari Sabour”, nama untuk selendang Tallit
Yahudi di Persia. Nama ini, ada dalam daftar nama cipta untuk orang
Yahudi di Iran, menurut Departmen Dalam Negeri Iran.
Ali Nourizadeh, dari Pusat Studi Arab
dan Iran, mengatakan: “Aspek latar belakang Ahmadinejad menjelaskan
banyak tentang dirinya. Dengan membuat pernyataan-pernyataan
anti-Israel, ia sedang mencoba untuk menumpahkan kecurigaan tentang
hubungannya dengan Yahudi. Ia merasa rentan dalam masyarakat Syiah yang
radikal.”
Seorang ahli yang berpusat di London
Yahudi Iran mengatakan, “Dia telah mengubah namanya karena alasan agama,
atau setidaknya orangtuanya.” Sabourjian dikenal sebagai nama Yahudi di
Iran. Seorang jurubicara kedutaan Israel di London, Ron Gidor,
mengatakan bahwa, “Ini bukan sesuatu yang akan kami bicarakan.”
Ahmadinejad tidak menyangkal namanya
berubah ketika keluarganya pindah ke Teheran pada tahun 1950-an. Tapi
dia tidak pernah mengungkapkan perubahan berhubungan dengan pergantian
keyakinan. Ahmadinejad tumbuh menjadi insinyur yang memenuhi syarat
dengan gelar doktor dalam manajemen. Sebelum terjun jadi politisi,
Ahmadinejad bertugas sebagai tentara pada Pengawal Revolusi.
Menanggapi pemberitaan di atas, Irman
Abdurrahman, seorang analis independen, dalam sebuah catatan lepasnya
menulis, “Dalam kamus kelompok sayap kanan pro-Israel, ada dua cara
membunuh karakter musuh mereka. Pertama, menuduh orang itu sebagai
anti-Semit (anti-Yahudi). Kedua, menebar isu bahwa orang itu berdarah
Yahudi yang membenci Yahudi (self-hating Jew). Dan, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad adalah target terbaru mereka.”
Rumor Ahmadinejad seorang Yahudi
sebenarnya bukan hal baru. Pada awal 2009, Radio Liberty/Radio Free
Europe pernah memuat isu yang sama dengan berlandaskan tulisan blog
orang Iran yang anti-Ahmadinejad. Selain itu, semua penulis biografi
Ahmadinejad telah secara rinci menulis tentang keluarganya. Alhasil,
nama “Sabourjian” bukanlah rahasia lagi yang menuntut media sekelas
Telegraph untuk membuktikannya dengan meng-”close-up” KTP Ahmadinejad.
Sementara itu, Qanaatgar, seorang warga
Iran ketika ditanya masalah ini oleh wartawan IRIB Bahasa Indonesia
mengatakan, “Ada kemungkinan bahwa Saburjian itu adalah nama paswand.
Istilah paswand itu berbeda dengan nama khanevadeh (nama famili).”
Menurut Qanaatqar, nama pasvand jarang sekali dipakai di Iran, bahkan
bisa jadi hanya 10 persen warga Iran yang menggunakannya. Nama pasvand
kadang berhubungan dengan latarbelakang seseorang, yang bisa jadi itu
adalah nama pekerajaan nenek moyangnya atau tempat tinggalnya.”
Nama tak penting, tapi aqidah
Seperti kata Shakespeare, apalah arti
sebuah nama, maka sebenarnya tak terlalu penting sekarang ini
mempermasalahkan nama belakang Ahmadinejad. Yang justru menjadi
persoalan krusial bagi kaum (generasi muda) Muslim ketika hendak menilai
dan menjadikan seseorang menjadi anutan, adalah aqidah Islamnya. Banyak
tokoh yang baik, berprestasi dan penting di dunia ini, tapi mereka
bukan orang Islam. Dalam hal ini, orang Syiah juga bukan orang Islam.
Walau bagaimanapun Rasulullah Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah satu wacana besar yang sudah teruji
oleh siapapun dan sejarah manapun. Dan begitu juga dengan orang-orang
shaleh yang telah tiada setelahnya. Mengidolakan seseorang yang masih
hidup sekarang ini, jauh dari kita, dan dengan informasi dunia yang
sumir ini, hanya rapuh belaka.
SUDAH
bukan rahasia lagi, dalam ajaran Syiah betapa agungnya kedudukan Ali
bin Abi Thalib. Adapun kedudukan sahabat-sahabat yang lain dinihilkan.
Syiah meniadakan bagaimana peranan sahabat-sahabat seperti Abu Bakar
As-Shiddiq, Umar bin Khattab, atau Ustman bin Affan. Tidak heran jika
kemudian di Iran, nama-nama yang paling banyak bertebaran adalah Ali dan
Fatimah. Beberapa tahun yang lalu ada sebuah film anak-anak berasal
dari Iran yang sangat terkenal “Children of Heaven”yang dua tokohnya
adalah dua nama ini.
Maka tidak heran, jika para kaum Syiah
sering sekali menghina para sahabat Nabi yang sudah jelas-jelas berperan
besar dalam perkembangan Islam. Begitu pula dengan Ahmadinejad.
Sebelum pemilihan presiden Iran yang
terakhir kalinya digelar, Ahmadinejad mengeluarkan pernyataan yang
terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu
disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3,
saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu
Iran.
Seperti yang diketahui, Iran yang
berbasis Syiah ini—salah satu aliran Islam yang dianggap
menyimpang—sudah sejak lama mempersempit ruang gerak para jamaah ahli
Sunnah (kaum Sunni). Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, bahkan para
jamaah Sunni mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak
Revolusi Rafidi Khomeini.
Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan
lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat.
“Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah
kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan
mengikuti Muawiyah!”
Padahal dalam sejarah, Talhah dan
Zubair, dua orang sahabat Rasul itu, tak pernah bertempur dengan
Muawiyah, karena keduanya meninggal lama sebelum peperangan Jamal di
tahun ke-36 kekhalifahan Islam di mana Muawiyah menjadi rajanya.
Pernyataan Ahmadinejad ini sudah jelas
kemana arahnya, yaitu membuat sebuah perbandingan atas sahabat Rasul
dulu dengan kejadian politik saat ini di Iran—berkaitan dengan rivalnya
saat itu, Mousavi. Sebelumnya, Ahmadinejad sudah sangat sering menghina
sekitar 15 juta penganut Sunni di Iran. Bahkan, pendahulu Ahmadinejad,
Rafidi menghina dan menganggap remeh alias menyepelekan 90% Muslim
seluruh dunia.
Namun demikian, masih banyak juga pihak
atau pengagum Rafidi dan pengingkar sahabat Rasul lainnya seperti
Ahmadinejad ini. Mereka adalah orang yang tidak menyadari gerakan Syiah
atau mereka yang tak mau memahami rejim 12 Imam ini yang merupakan musuh
terbuka terhadap para sahabat Rasul.
Sesaat
setelah menayangkan berita ini, sebuah blog dari Iran, sonofsunniiran,
langsung ditutup, tak bisa diakses lagi, bahkan sampai kini. Sebelumnya
dari blog ini banyak sekali berita yang memaparkan kejahatan kaum Syiah
terhadap para Sunni di Iran.
Di balik kezuhudannya, tidak dipungkiri
lagi bahwa Mahmoud Ahmadinejad adalah seorang Syi’ah. Dan sudah mafhum
pula bahwa Iran adalah negerinya orang Syi’ah Rafidhoh. Dalam sebuah
foto yang memuat Ahmadinejad, terlihat foto dua tokoh Syi’ah yang
digantungkan di dinding tepat di atasnya.
Siapa Syi’ah Rafidhoh itu?
- Mereka adalah sekte yang mengklaim memiliki 12 imam yang lebih mulia daripada Nabi dan Rasul.
- Mereka mengkafirkan sahabat Abu bakar dan Umar serta menuduh Ibunda Aisyah seorang pezina. Karena itulah para ulama telah mengkafirkan Syiah.
- Merekalah yang memiliki ritual menyiksa diri ketika bertepatan dengan hari Karbala, yaitu peristiwa terbunuhnya Husen.
- Merekalah yang membantu Amerika Serikat menaklukkan Baghdad, dan Taliban.
- Merekalah yang sering berbuat kerusuhan di Makkah ketika Haji. Dahulu kala Syi’ah Qaramithah mencongkel Hajar Aswad dari Ka’bah sehingga Ka’bah tidak memiliki Hajar Aswad selama 12 tahun, lalu akhirnya dikembalikan.
- Mereka shalat menggunakan batu yang disebut batu Karbala sebagai tumpuan sujud mereka. Perhatikan foto Ahmadinejad ketika shalat.
7.
Mereka menghalalkan kawin kontrak (nikah mut’ah), bahkan membolehkan
seorang wanita dikawini oleh banyak pria dalam satu malam. Pernikahannya
pun boleh tanpa wali. Pernikahan macam apa itu? Intinya sama saja
dengan pelacuran, namun mereka mengatasnamakan ibadah. Bahkan boleh
kawin kontrak dengan istri orang lain.
Beberapa waktu yang lalu, salah satu
sekte Syi’ah yang kesesatannya paling ringan yaitu Syi’ah Zaidiah di
Yaman, telah menyerang kaum muslimin, membunuhi para penghafal Al Qur’an
di Yaman. Syi’ah yang membantu Amerika menaklukkan Baghdad memperkosa
gadis-gadis muslimah.
Hubungan dengan Israel
Satu lagi , Syi’ah memiliki satu prinsip yaitu Taqiyah, menutupi kesesatan mereka dengan kedustaan.
Ketika Ahmadinejad berpidato di
Universitas Harvard, media-media Amerika langsung meliput dan menyiarkan
langsung pidato tersebut. Padahal selama ini tidak ada presiden yang
diperlakukan seperti itu. Apalagi sudah banyak bukti yang menjelaskan
hubungan gelap antara Ahmadinejad dengan Israel. Seorang ulama Syiah
mengatakan presiden Iran ingin menjalin “persahabatan dengan Israel.”
Menurut ulama Syiah Mahmud Nubia, penasihat teras atas Ahmadinejad,
Esfandiar Rahim Mashaei tiga tahun lalu menyatakan bahwa Iran harus
memiliki “hubungan yang bersahabat” dengan Negara Yahudi, namun
Ahmadinejad menahan diri dari persoalan ini di depan umum karena
pemimpin tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan
dengan hal ini.
Menurut Husain Ali Hasyimi, dalam
tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa sejak zaman Syiah
Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis Yahudi.
Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syiah
yang dipimpin oleh Khumaini.
Sedikitnya 200 perusahaan internasional
yang beroperasi di Israel memelihara hubungan perdagangan yang luas
dengan Iran. Hubungan ini termasuk investasi dalam industri energi Iran,
yang merupakan sumber penghasilan utama Iran dan berfungsi untuk
menyalurkan dana untuk mengembangkan rudal, program nuklir dan senjata
konvensional lainnya.
Klaim Ahmadinejad soal Masjid Al-Aqsha
Mahmoud Ahmadinejad pernah memberi
hadiah kepada seorang penulis buku sekaligus seorang ulama besar Syiah
abad ini, yakni Jafar Murtada Al Amili, yang telah menulis sebuah buku
berjudul “Ayna Masjid al-Aqsha?” (Di Manakah Masjid Al Aqsha?) yang
intinya mengungkapkan bahwa keberadaan Masjid Al-Aqsha yang sesungguhnya
bukanlah di bumi Al-Quds, melainkan di langit. Ia menganggap masjid
mereka di Kuffah lebih baik daripada Al-Aqsha seperti tertulis dalam
kitab rujukan Syiah Biharul Anwar.Buku tersebut ditetapkan yang terbaik
di Iran.
Pemberian hadiah tersebut menyiratkan
bahwa, Ahmadinejad menyetujui isi buku tersebut yang menolak klaim bahwa
sahabat Umar bin Khattab Ra telah membebaskan Al Aqsha dari bangsa
Romawi, karena dianggap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak
melakukan perjalanan darat ke Al Aqsha tetapi pada saat perjalanan
menuju ke langit (Mi’raj).
Tidak cukup hanya baik
Memang betul, jika hanya menilai dari
atribut kepribadian, maka banyak orang-orang kafir yang memiliki pula
kebaikan yang hebat terhadap kemanusiaan. Sebutlah Bunda Theresa yang
menjadi simbol pembelaan terhadap orang-orang di India.
Keutamaan dan derajat seseorang di dalam
Islam, diukur dari aqidah dan tauhid orang tersebut kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Sebanyak apapun seseorang melakukan kebaikan,
tetapi jika tidak memiliki iman, maka amal mereka seperti debu di mata
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu alam bi shawwab.
[sa/islampos/kaskus/sembpost/berbagaisumber]
Sumber: islampos.com
Terapi Penyakit Futur
Bagi para da'i kata-kata futur ini sudah bukan sesuatu yang asing lagi bahkan mereka yang sudah mengenalnya sangat antusias sekali menyembuhkan penyakit ini walaupun kelihatannya sederhana namun penyakit ini bisa menjadi kronis. Namun bagi sebagian orang umum kata ini mungkin masih agak aneh atau bahkan belum pernah mendengarnya.
Apa sih futur itu? Secara bahasa futur berarti terhenti setelah berjalan atau diam setelah bergerak. Sedangkan arti futur secara dakwah adalah penyakit yang mengenai seorang aktivis, tingkat paling rendah adalah malas atau berlambat-lambat dalam melakukan amal sedangkan tingkat tingginya bisa berhenti dari aktivitas dan semangat atau diam setelah rajin bersungguh-sungguh.
Apakah anda malas untuk melakukan perbuatan baik dan ibadah, merasa ragu atau mungkin merasa tak punya semangat lagi dalam menjalankan aktivitas? Jika jawabannya "YA" mungkin futurlah penyakit yang sedang Anda derita.
Bila kita diibaratkan maka futur ini bagaikan seorang pendaki yang telah berjalan melewati jalan yang curam, tebing yang sangat tinggi dan hutan liar belantara untuk mencapai puncak gunung yang ia tuju, tapi tiba-tiba ia kelelahan dan memutuskan untuk berhenti. Bisa jadi ia beralasan bahwa apa yang telah telah ia capai telah cukup walaupun tidak harus mencapai puncaknya atau ia beralasan bahwa ada baiknya untuk beristirahat sejenak, namun dalam istirahatnya itu ia terlena dan merasa nyaman atau mungkin ia telah lelah dan merasa putus asa dalam menghadapi perjalanan itu.
Jika diamnya hanya sesaat dengan tujuan melepas sedikit kelelahan dan kebosanan akibat aktivitasnya mungkin ini sesuatu yang wajar, namun jika hal ini berlangsung lama hingga pada akhirnya membuatnya berhenti dan kemudian menyerah lalu memutuskan untuk kembali turun gunung maka inilah yang mengakibatkan penyakit ini menjadi kronis yang bisa menyebabkan hancurnya keimanan dalam hati seseorang.
Apakah Penyebabnya?
Rutinitas yang melelahkan dan membosankan yang bisa menyebabkan datangnya penyakit ini biasanya adalah berlebihan dalam masalah agama, berlebihan dalam melakukan hal mubah, terlalu mencintai dunia dan selalu lalai dalam menghindari perkara dosa dan syubhat.
Salah satu contoh berlebihan dalam hal mubah adalah makan yang berlebihan sehingga menyebabkan bobot tubuh bertambah hingga akhirnya sulit untuk beraktivitas termasuk ibadah. Sikap tersebut menjadikan sebuah celah pintu masuk setan untuk melemahkan jiwa orang tersebut. Seharusnya ia menanamkan sikap tawazun antara hak tubuh dan hak ruh (ruhani dan jiwa), maka tidak ada padanya penyengsaraan tubuh sampai batas penyiksaan, sebagaimana yang terdapat pada beberapa ajaran agama atau kepercayaan di dunia.
Seorang muslim tidak boleh berlebihan dan melapaui batas dalam mengkonsumsi yang mubah. Allah berfirman, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A'raf : 31)
Begitupun sebaliknya terlalu berlebihan dalam memudahkan, hingga selalu menyepelekan perbuatan syubhat dan dosa. Jika ia sudah biasa melakukan hal ini maka ia pun akan membuat remeh dalam masalah ibadah dan ini pun akan menyeretnya pada hal yang lebih buruk lagi. Padahal pada awalnya hanya penyakit futur biasa tapi karena tidak segera menyadari adanya penyakit yang di deritanya dan tak melakukan penanggulangan dini hingga akhirnya penyakit ini pun menjadi penyakit kronis yang berbahaya.
Bagaimana Terapi Pengobatannya?
Meskipun futur merupakan perkara yang lumrah terjadi pada seorang manusia, tetapi membiarkannya berlarut-larut bisa mematikan hati yang menderitanya dan pengobatannya jadi lebih sulit.
Hal yang utama untuk dilakukan adalah dengan cara menjauhi tiap delik perbuatan maksiat yang kecil apalgi yang besar. Berusaha menjaga ibadah rutin di waktu siang dan malam serta menjauhi sikap berlebihan dalam hal yang mubah dapat pula menjadi cara mengatasi futur.
Ingatlah seberapa pun keimanan kita pasti penyakit ini akan menghampiri. Begitu pun para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada masanya yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang pada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangatlah dekat". (QS. Al Baqarah :214)
Begitu kuatnya keimanan para sahabat namun hingga tiba waktunya dimana kefuturan itu datang hingga mempertanyakan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'al yang tidak kunjung datang. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab sekaligus obat bagi futur mereka.
Jika tertimpa penyakit ini maka perbanyaklah tilawah Al Qur'an dan mentadabburinya dan semalas apapun selalu berusaha melaksanakan sholat sunnah. Sedangkan obat yang paling baik untuk mengobati penyakit ini adalah menyibukkan diri dengan berdakwah dan saling nasehat-menasehati. Nasehat adalah cara untuk menghindari futur. Jadi jika kita ingin terhindar dari futur, aktiflah berdakwah atau hiduplah dalam lingkungan dakwah(lingkungan yang banyak menasehati satu sama lain). Jangan menyendiri dan jangan banyak bergaul dengan lingkungan yang individualistis dan hedonis. Orang yang hidup sendiri dan berpisah dari jama'ah berpotensi besar untuk menjadi futur, karena ia tidak memiliki komunitas yang akan mengingatkannya, memberinya motivasi untuk terus bergerak ke arah yang lebih baik. Bergabung dengan jama'ah, institusi atau organisasi berbasis Islam yang memiliki akidah yang shahih adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Bukan untuk menjadi ekslusif, tetapi kita memerlukan lingkungan yang kondusif untuk menyiram nurani kita dengan energi ketaatan. Biar bagaimanapun, agar futur dapat ditangani secara benar, seseorang harus segera menyadari apabila dirinya sedang terserang penyakit futur. Apabila ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjangkit futur, maka ia juga tidak akan segera bertindak untuk mengatasi futur tersebut. Wallahu A'lam.
Sumber : Majalah Ummatie edisi 10/Tahun. II Juni 2009/Rubrik Tausiyah. hal. 62
Apakah Penyebabnya?
Rutinitas yang melelahkan dan membosankan yang bisa menyebabkan datangnya penyakit ini biasanya adalah berlebihan dalam masalah agama, berlebihan dalam melakukan hal mubah, terlalu mencintai dunia dan selalu lalai dalam menghindari perkara dosa dan syubhat.
Salah satu contoh berlebihan dalam hal mubah adalah makan yang berlebihan sehingga menyebabkan bobot tubuh bertambah hingga akhirnya sulit untuk beraktivitas termasuk ibadah. Sikap tersebut menjadikan sebuah celah pintu masuk setan untuk melemahkan jiwa orang tersebut. Seharusnya ia menanamkan sikap tawazun antara hak tubuh dan hak ruh (ruhani dan jiwa), maka tidak ada padanya penyengsaraan tubuh sampai batas penyiksaan, sebagaimana yang terdapat pada beberapa ajaran agama atau kepercayaan di dunia.
Seorang muslim tidak boleh berlebihan dan melapaui batas dalam mengkonsumsi yang mubah. Allah berfirman, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A'raf : 31)
Begitupun sebaliknya terlalu berlebihan dalam memudahkan, hingga selalu menyepelekan perbuatan syubhat dan dosa. Jika ia sudah biasa melakukan hal ini maka ia pun akan membuat remeh dalam masalah ibadah dan ini pun akan menyeretnya pada hal yang lebih buruk lagi. Padahal pada awalnya hanya penyakit futur biasa tapi karena tidak segera menyadari adanya penyakit yang di deritanya dan tak melakukan penanggulangan dini hingga akhirnya penyakit ini pun menjadi penyakit kronis yang berbahaya.
Bagaimana Terapi Pengobatannya?
Meskipun futur merupakan perkara yang lumrah terjadi pada seorang manusia, tetapi membiarkannya berlarut-larut bisa mematikan hati yang menderitanya dan pengobatannya jadi lebih sulit.
Hal yang utama untuk dilakukan adalah dengan cara menjauhi tiap delik perbuatan maksiat yang kecil apalgi yang besar. Berusaha menjaga ibadah rutin di waktu siang dan malam serta menjauhi sikap berlebihan dalam hal yang mubah dapat pula menjadi cara mengatasi futur.
Ingatlah seberapa pun keimanan kita pasti penyakit ini akan menghampiri. Begitu pun para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada masanya yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang pada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangatlah dekat". (QS. Al Baqarah :214)
Begitu kuatnya keimanan para sahabat namun hingga tiba waktunya dimana kefuturan itu datang hingga mempertanyakan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'al yang tidak kunjung datang. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab sekaligus obat bagi futur mereka.
Jika tertimpa penyakit ini maka perbanyaklah tilawah Al Qur'an dan mentadabburinya dan semalas apapun selalu berusaha melaksanakan sholat sunnah. Sedangkan obat yang paling baik untuk mengobati penyakit ini adalah menyibukkan diri dengan berdakwah dan saling nasehat-menasehati. Nasehat adalah cara untuk menghindari futur. Jadi jika kita ingin terhindar dari futur, aktiflah berdakwah atau hiduplah dalam lingkungan dakwah(lingkungan yang banyak menasehati satu sama lain). Jangan menyendiri dan jangan banyak bergaul dengan lingkungan yang individualistis dan hedonis. Orang yang hidup sendiri dan berpisah dari jama'ah berpotensi besar untuk menjadi futur, karena ia tidak memiliki komunitas yang akan mengingatkannya, memberinya motivasi untuk terus bergerak ke arah yang lebih baik. Bergabung dengan jama'ah, institusi atau organisasi berbasis Islam yang memiliki akidah yang shahih adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Bukan untuk menjadi ekslusif, tetapi kita memerlukan lingkungan yang kondusif untuk menyiram nurani kita dengan energi ketaatan. Biar bagaimanapun, agar futur dapat ditangani secara benar, seseorang harus segera menyadari apabila dirinya sedang terserang penyakit futur. Apabila ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjangkit futur, maka ia juga tidak akan segera bertindak untuk mengatasi futur tersebut. Wallahu A'lam.
Sumber : Majalah Ummatie edisi 10/Tahun. II Juni 2009/Rubrik Tausiyah. hal. 62
Saturday, 1 September 2012
MERDEKA ITU HANYA ADA PADA ISLAM...!!!
Setiap manusia pasti menginginkan sebuah kemerdekaan alias kebebasan, tak terkecuali bagi kaum Muslimin. Karena hidup merdeka adalah suatu kenikmatan yang besar. Dengan hidup merdeka banyak hal yang bisa di kerjakan. Sebaliknya, jika hidup terjajah, maka seseorang akan terkungkung dan tidak ada yang bisa di perbuat. Jika fisik seseorang terikat dengan belenggu, terlebih lagi jika yang terbelenggu adalah jiwanya, karena jiwalah yang menjadi inti dari sebuah kemerdekaan.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Itulah gambaran hati." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tidak mungkin seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan berupa kemerdekaan atau kebebasan dalam kehidupan ini, kecuali ia mencari kemerdekaan tersebut di dalam agama Islam yang mulia. Dalam Islam kemerdekaan yang didamba benar-benar akan direngkuh. Bukan hanya bagi manusia tapi tumbuh-tumbuhan dan binatang melata pun akan merasakan kemerdekaan yang hakiki. Karena Islam membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua. Hanya dengan Islam seseorang akan mendapatkan kemerdekaan hakiki. Berikut diantara bentuk-bentuk kemerdekaan tersebut adalah:
1. Merdeka dari cengkraman kesyirikan
Syirik adalah belenggu terkuat hingga membuat manusia menjadi orang yang dungu, hina dan bodoh. Syirik adalah penjajah dzholim yang siap mencengkram kehidupan manusia. Kehidupannya akan selalu di rundung ketakutan dan kegelisahan yang membuat mereka bersusah payah dalam mengarungi kehidupan ini.
Allah Subhanahu wa ta'allah berfirman: "Sesungguhnya syirik itu benar-benar merupakan kedzholiman yang besar." (QS. Luqman [31] : 13)
Dengan Islam yang murni seseorang akan merasakan hidup merdeka dari belenggu penyembahan sesama mahluk menuju sesembahan kepada Allah Subhanahu wa ta'allah semata, dan dapat memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian hati bagi seseorang, sehingga menbuat lapang dada dan tenang hatinya.
Allah Subhanahu wa ta'allah berfirman: "Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja), Adakah kedua budak itu sama halnya?." (QS. Az Zumar [39] : 29)
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Itulah gambaran hati." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tidak mungkin seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan berupa kemerdekaan atau kebebasan dalam kehidupan ini, kecuali ia mencari kemerdekaan tersebut di dalam agama Islam yang mulia. Dalam Islam kemerdekaan yang didamba benar-benar akan direngkuh. Bukan hanya bagi manusia tapi tumbuh-tumbuhan dan binatang melata pun akan merasakan kemerdekaan yang hakiki. Karena Islam membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua. Hanya dengan Islam seseorang akan mendapatkan kemerdekaan hakiki. Berikut diantara bentuk-bentuk kemerdekaan tersebut adalah:
1. Merdeka dari cengkraman kesyirikan
Syirik adalah belenggu terkuat hingga membuat manusia menjadi orang yang dungu, hina dan bodoh. Syirik adalah penjajah dzholim yang siap mencengkram kehidupan manusia. Kehidupannya akan selalu di rundung ketakutan dan kegelisahan yang membuat mereka bersusah payah dalam mengarungi kehidupan ini.
Allah Subhanahu wa ta'allah berfirman: "Sesungguhnya syirik itu benar-benar merupakan kedzholiman yang besar." (QS. Luqman [31] : 13)
Dengan Islam yang murni seseorang akan merasakan hidup merdeka dari belenggu penyembahan sesama mahluk menuju sesembahan kepada Allah Subhanahu wa ta'allah semata, dan dapat memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian hati bagi seseorang, sehingga menbuat lapang dada dan tenang hatinya.
Allah Subhanahu wa ta'allah berfirman: "Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja), Adakah kedua budak itu sama halnya?." (QS. Az Zumar [39] : 29)
Thursday, 9 August 2012
Keistimewaan Hari Jum'at
Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata'ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du.
Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah mengkhususkan umat Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam dan mengistimewakan mereka dari umat-umat yang lainnya dengan berbagai keistimewaan. Diantaranya adalah Allah subhanahu wata'ala memilihkan bagi mereka hari yang agung
yaitu hari jum’at.
"Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Huriairah dan Hudzaifah radhiallahu anhum berkata: Allah subhanahu wata'ala telah merahasiakan hari Jum’at terhadap umat sebelum kita, maka orang-orang Yahudi memiliki hari Sabtu, orang-orang Nashrani hari Ahad, maka Allah subhanahu wata'ala mendatangkan umat ini, lalu Dia menunjukan kita hari jum’at ini, maka Dia menjadikan urutannya menjadi Jum’at, Sabtu, Ahad, demikian pula mereka akan mengikuti kita pada hari kiamat, kita adalah umat terakhir di dunia ini namun yang pertama di hari kiamat, yang akan diputuskan perkaranya sebelum makhluk yang lain”. (Shahih Muslim no: 856 dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan maknanya
dari Abi Hurairah ra no: 876).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Hari terbaik terbitnya matahari adalah pada hari Jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga dan
pada hari itu tersebut dia dikeluarkan dari surga” (HR. Muslim: no: 854)
Di antara keutamaan hari ini adalah Allah subhanahu wata'ala menjadikan hari ini sebagai hari ‘ied bagi kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam sunannya dari Ibnu Abbas radhhiyallahu a'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya hari ini adalah hari raya, Allah menjadikannya istimewa bagi kaum muslimin, maka barangsiapa yang akan mendatangi shalat Jum’at maka hendaklah dia mandi”. (Ibnu Majah no: 1098)
Pada hari ini terdapat saat terkabulnya do’a, yaitu saat di mana tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah subhanahu wata'ala padanya kecuali dia akan dikabulkan permohonannya.
Diriwyatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahu a'nhu
bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya pada hari jum’at terdapat satu saat tidaklah seorang muslim mendapatkannya dan dia dalam keadaan berdiri shalat dia meminta kepada Allah suatu kebaikan kecuali Allah memberikannya, dan dia menunjukkan dengan tangannya bahwa saat tersebut sangat sedikit." ( HR. Muslim no: 852
dan Al-Bukhari no: 5294)
Para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya dan pendapat yang paling kuat adalah dua pendapat:
Pertama: Yaitu saat duduknya imam sehingga shalat selesai, dan alasan ulama yang berpendapat seperti ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Barrah bin Abi Musa bahwa
Abdullah bin Umar berkata kepadanya: Apakah engkau pernah mendengar bapakmu membacakan sebuah hadist yang berhubungan dengan saat mustajab pada hari Jum’at?. Dia berkata: Ya aku pernah mendengarnya berkata: Aku telah mendengar Rasulullah shalallahu'alaihi wasallamm bersabda:
"Dia terjadi saat antara imam duduk sehingga shalat selesai ditunaikan”. (HR. Muslim: no: 853)
Kedua: Dia terjadi setelah asar, dan pendapat inilah yang paling kuat diantara dua pendapat tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Nasa’i dari Jabir radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Hari jum’at itu dua belas jam, tidaklah seorang hamba yang muslim memohon kepada Allah sesuatu pada hari itu kecuali Dia aka memperkenankan permohonan hambah-Nya itu, maka carilah dia pada akhir waktu asar” (HR. An-Nasa’i: no: 1389)
.
Pendapat inilah yang dipegang oleh sebagian besar golongan salaf, dan telah didukung oleh berbagai hadits. Adapun tentang hadits riwayat Abi Musa yang sebelumnya maka hadits tersebut memiliki banyak cacat dan telah disebutkan oleh Al-hafiz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari. Di antara keutamaannya adalah bahwa hari itu adalah hari dihapuskannya dosa-dosa. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda: Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at yang lainnya dan ramadhan ke ramadhan yang lain adalah penghapus dosa antara keduanya selama dosa-dosa besar dijauhi”.(HR. Shahih Muslim: no: 233)
Di antara adab-adab jum’at yang perlu dijaga oleh orang yang beriman adalah:
Pertama: Disunnahkan bagi imam untuk membaca yaitu surat As-Sajadah dan surat Al-Insan pada saat shalat fajar pada hari Jum’at.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Ibnu Abbas radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam membaca pada waktu shalat fajar pada hari jum’at surat As-Sajadah dan surat Al-Insan". (HR. Muslim: no: 853)
Kedua: Disunnahkan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam pada hari Jum’at atau pada waktu malamnya, berdasarkan sabda Nabi dalam riwayat An-Nasa’i dari Aus bin Aus: Hari terbaik kalian adalah hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dicabut nyawanya, pada hari itu akan terjadi tiupan sangkakala, pada hari itu dimatikannya seluruh makhluk pada hari kiamat, maka perbanyaklah membaca shalawat bagiku sebab shalawat kalian didatangkan kepadaku”. Mereka bertanya wahai Rasulullah bagiamana shalawat kami didatangkan kepadamu padahal dirimu telah menjadi tulang belulang yang telah remuk?. Atau mereka berkata: Engkau telah remuk mejadi tanah?. Maka Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah mengharamkan kepada bumi memakan jasad para Nabi alaihimus shalatu was salam”. ( An—Nasa’I no: 1374)
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam kitab sunannya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Perbanyaklah membaca shalawat bagiku pada ahari jum’at dan malam Jum’at, sebab barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku satu shalawat saja maka Allah subhanahu wata'ala akan membaca shalawat kepadanya sepuluh kali shalawat”.
Ketiga: Perintah untuk mandi jum’at dan masalah ini sangat ditekankan, bahkan sebagian ulama mengatakan wajib.
Diriwayatkn oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id Al-Khudri radhhiyallahua'nhu berkata: Aku bersaksi bahwa Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Mandi pada hari Jum’at diwajibkan bagi orang yang telah mencapai usia balig dan menjalankan shalat sunnah dan memakai minyak wangi jika ada”.
Keempat: Disunnahkan menggunakan minyak wangi dan siwak, memakai pakaian yang terbaik. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Sa’id AL-Khudri dan Abi Hurairah radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa 5 Al-Baihaqi: 3/249 no: 5790
6 Al-Bukhari: no: 880 dan Muslim: no: 846
7
yang mandi pada hari jum’at, memakai siwak, memakai pakaian yang
terbaik, memakai minyak wangi jika dia memilikinya, memakai pakaian yang
terbaiknya kemudan mendatangi mesjid sementara dia tidak melangkahi
punak-pundak orang lain sehingga dia ruku’ (shalat) sekehendaknya,
kemudian mendengarkan imam pada saat dia berdiri untuk berkhutbah
sehingga selesai shalatnya maka hal itu sebagai penghapus dosa-dosa yang
terjadi antara jum’at ini dengan hari jum’at sebelumnya ( Imam Ahmad:
3/81)
Kelima: Mambaca surat Al-Khafi . Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari hadits
Abi Said Al-Khudri radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad
shalallahu'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang membaca surat Alkahfi
pada hari jum’at maka akan maka sinar akan memancar meneranginya
antara dua jum’at”. (Al-Hakim: 3/81)
Keenam: Disunnahkan bersegera manuju shalat jum’at. Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Aus Al-Tsaqofi dari Abdullah bin
Amru Radhiyallahu 'anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah
shalallahu'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang memandikan dan
mandi, lalu bergegas menuju mesjid, mendekat kepada posisi imam,
mendengar dan memperhatikan khutbah maka baginya dengan setiap
langkah yang dilangkahkannya akan mendapat pahala satu tahun termasuk
puasanya”. ( Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya: 2/209)
Diriwyatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalak kitab shahihnya dari Abi
Hurairah radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi
wasallam bersabda: Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at yang sama
seperti mandi janabah kemudian bersegera pergi ke mesjid maka dirinya
seakan telah berkurban dengan seekor unta yang gemuk, dan barangsiapa
yang pergi pada masa ke dua maka dia seakan berkurban dengan seekor
sapi, dan barangsiapa yang pergi ke mesjid pada saat yang ke tiga maka dia
seakan telah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk, dan
barangsiapa yang pergi ke mesjid pada saat yang keempat maka dia seakan
telah berkurban dengan seekor ayam, dan barangsiapa yang pergi ke mesjid
pada saat yang ke empat maka dia seakan telah berkurban dengan sebutir telur, dan apabila imam telah datang maka para malaikat hadir
mendengarkan zikir (khutbah).” Dan bersegera menuju masjid untuk shalat jum’at termasuk perbuatan
sunnah yang agung nilainya, namun banyak dilalaikan oleh banyak
masyarakat, dan semoga hadits-hadits yang telah disebutkan di atas bisa
memberikan motifasi dan memperkuat tekad, serta mengasah semangat
untuk bersegera meraih nilai yang utama ini. Allah subhanahu wata'ala
berfirman:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa" (QS. Ali imron: 133)
Segala puji bagi Allah subhanahu wata'ala Tuhan semesta alam,
semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad shalallahu'alaihi wasallam dan kepada keluarga, shahabat
serta seluruh pengikut beliau.
Amma Ba’du.
Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah mengkhususkan umat Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam dan mengistimewakan mereka dari umat-umat yang lainnya dengan berbagai keistimewaan. Diantaranya adalah Allah subhanahu wata'ala memilihkan bagi mereka hari yang agung
yaitu hari jum’at.
"Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Huriairah dan Hudzaifah radhiallahu anhum berkata: Allah subhanahu wata'ala telah merahasiakan hari Jum’at terhadap umat sebelum kita, maka orang-orang Yahudi memiliki hari Sabtu, orang-orang Nashrani hari Ahad, maka Allah subhanahu wata'ala mendatangkan umat ini, lalu Dia menunjukan kita hari jum’at ini, maka Dia menjadikan urutannya menjadi Jum’at, Sabtu, Ahad, demikian pula mereka akan mengikuti kita pada hari kiamat, kita adalah umat terakhir di dunia ini namun yang pertama di hari kiamat, yang akan diputuskan perkaranya sebelum makhluk yang lain”. (Shahih Muslim no: 856 dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan maknanya
dari Abi Hurairah ra no: 876).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Hari terbaik terbitnya matahari adalah pada hari Jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga dan
pada hari itu tersebut dia dikeluarkan dari surga” (HR. Muslim: no: 854)
Di antara keutamaan hari ini adalah Allah subhanahu wata'ala menjadikan hari ini sebagai hari ‘ied bagi kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam sunannya dari Ibnu Abbas radhhiyallahu a'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya hari ini adalah hari raya, Allah menjadikannya istimewa bagi kaum muslimin, maka barangsiapa yang akan mendatangi shalat Jum’at maka hendaklah dia mandi”. (Ibnu Majah no: 1098)
Pada hari ini terdapat saat terkabulnya do’a, yaitu saat di mana tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah subhanahu wata'ala padanya kecuali dia akan dikabulkan permohonannya.
Diriwyatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahu a'nhu
bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya pada hari jum’at terdapat satu saat tidaklah seorang muslim mendapatkannya dan dia dalam keadaan berdiri shalat dia meminta kepada Allah suatu kebaikan kecuali Allah memberikannya, dan dia menunjukkan dengan tangannya bahwa saat tersebut sangat sedikit." ( HR. Muslim no: 852
dan Al-Bukhari no: 5294)
Para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya dan pendapat yang paling kuat adalah dua pendapat:
Pertama: Yaitu saat duduknya imam sehingga shalat selesai, dan alasan ulama yang berpendapat seperti ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Barrah bin Abi Musa bahwa
Abdullah bin Umar berkata kepadanya: Apakah engkau pernah mendengar bapakmu membacakan sebuah hadist yang berhubungan dengan saat mustajab pada hari Jum’at?. Dia berkata: Ya aku pernah mendengarnya berkata: Aku telah mendengar Rasulullah shalallahu'alaihi wasallamm bersabda:
"Dia terjadi saat antara imam duduk sehingga shalat selesai ditunaikan”. (HR. Muslim: no: 853)
Kedua: Dia terjadi setelah asar, dan pendapat inilah yang paling kuat diantara dua pendapat tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Nasa’i dari Jabir radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Hari jum’at itu dua belas jam, tidaklah seorang hamba yang muslim memohon kepada Allah sesuatu pada hari itu kecuali Dia aka memperkenankan permohonan hambah-Nya itu, maka carilah dia pada akhir waktu asar” (HR. An-Nasa’i: no: 1389)
.
Pendapat inilah yang dipegang oleh sebagian besar golongan salaf, dan telah didukung oleh berbagai hadits. Adapun tentang hadits riwayat Abi Musa yang sebelumnya maka hadits tersebut memiliki banyak cacat dan telah disebutkan oleh Al-hafiz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari. Di antara keutamaannya adalah bahwa hari itu adalah hari dihapuskannya dosa-dosa. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda: Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at yang lainnya dan ramadhan ke ramadhan yang lain adalah penghapus dosa antara keduanya selama dosa-dosa besar dijauhi”.(HR. Shahih Muslim: no: 233)
Di antara adab-adab jum’at yang perlu dijaga oleh orang yang beriman adalah:
Pertama: Disunnahkan bagi imam untuk membaca yaitu surat As-Sajadah dan surat Al-Insan pada saat shalat fajar pada hari Jum’at.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Ibnu Abbas radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam membaca pada waktu shalat fajar pada hari jum’at surat As-Sajadah dan surat Al-Insan". (HR. Muslim: no: 853)
Kedua: Disunnahkan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam pada hari Jum’at atau pada waktu malamnya, berdasarkan sabda Nabi dalam riwayat An-Nasa’i dari Aus bin Aus: Hari terbaik kalian adalah hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dicabut nyawanya, pada hari itu akan terjadi tiupan sangkakala, pada hari itu dimatikannya seluruh makhluk pada hari kiamat, maka perbanyaklah membaca shalawat bagiku sebab shalawat kalian didatangkan kepadaku”. Mereka bertanya wahai Rasulullah bagiamana shalawat kami didatangkan kepadamu padahal dirimu telah menjadi tulang belulang yang telah remuk?. Atau mereka berkata: Engkau telah remuk mejadi tanah?. Maka Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah mengharamkan kepada bumi memakan jasad para Nabi alaihimus shalatu was salam”. ( An—Nasa’I no: 1374)
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam kitab sunannya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Perbanyaklah membaca shalawat bagiku pada ahari jum’at dan malam Jum’at, sebab barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku satu shalawat saja maka Allah subhanahu wata'ala akan membaca shalawat kepadanya sepuluh kali shalawat”.
Ketiga: Perintah untuk mandi jum’at dan masalah ini sangat ditekankan, bahkan sebagian ulama mengatakan wajib.
Diriwayatkn oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id Al-Khudri radhhiyallahua'nhu berkata: Aku bersaksi bahwa Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Mandi pada hari Jum’at diwajibkan bagi orang yang telah mencapai usia balig dan menjalankan shalat sunnah dan memakai minyak wangi jika ada”.
Keempat: Disunnahkan menggunakan minyak wangi dan siwak, memakai pakaian yang terbaik. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Sa’id AL-Khudri dan Abi Hurairah radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa 5 Al-Baihaqi: 3/249 no: 5790
6 Al-Bukhari: no: 880 dan Muslim: no: 846
7
yang mandi pada hari jum’at, memakai siwak, memakai pakaian yang
terbaik, memakai minyak wangi jika dia memilikinya, memakai pakaian yang
terbaiknya kemudan mendatangi mesjid sementara dia tidak melangkahi
punak-pundak orang lain sehingga dia ruku’ (shalat) sekehendaknya,
kemudian mendengarkan imam pada saat dia berdiri untuk berkhutbah
sehingga selesai shalatnya maka hal itu sebagai penghapus dosa-dosa yang
terjadi antara jum’at ini dengan hari jum’at sebelumnya ( Imam Ahmad:
3/81)
Kelima: Mambaca surat Al-Khafi . Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari hadits
Abi Said Al-Khudri radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad
shalallahu'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang membaca surat Alkahfi
pada hari jum’at maka akan maka sinar akan memancar meneranginya
antara dua jum’at”. (Al-Hakim: 3/81)
Keenam: Disunnahkan bersegera manuju shalat jum’at. Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Aus Al-Tsaqofi dari Abdullah bin
Amru Radhiyallahu 'anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah
shalallahu'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang memandikan dan
mandi, lalu bergegas menuju mesjid, mendekat kepada posisi imam,
mendengar dan memperhatikan khutbah maka baginya dengan setiap
langkah yang dilangkahkannya akan mendapat pahala satu tahun termasuk
puasanya”. ( Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya: 2/209)
Diriwyatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalak kitab shahihnya dari Abi
Hurairah radhhiyallahua'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi
wasallam bersabda: Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at yang sama
seperti mandi janabah kemudian bersegera pergi ke mesjid maka dirinya
seakan telah berkurban dengan seekor unta yang gemuk, dan barangsiapa
yang pergi pada masa ke dua maka dia seakan berkurban dengan seekor
sapi, dan barangsiapa yang pergi ke mesjid pada saat yang ke tiga maka dia
seakan telah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk, dan
barangsiapa yang pergi ke mesjid pada saat yang keempat maka dia seakan
telah berkurban dengan seekor ayam, dan barangsiapa yang pergi ke mesjid
pada saat yang ke empat maka dia seakan telah berkurban dengan sebutir telur, dan apabila imam telah datang maka para malaikat hadir
mendengarkan zikir (khutbah).” Dan bersegera menuju masjid untuk shalat jum’at termasuk perbuatan
sunnah yang agung nilainya, namun banyak dilalaikan oleh banyak
masyarakat, dan semoga hadits-hadits yang telah disebutkan di atas bisa
memberikan motifasi dan memperkuat tekad, serta mengasah semangat
untuk bersegera meraih nilai yang utama ini. Allah subhanahu wata'ala
berfirman:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa" (QS. Ali imron: 133)
Segala puji bagi Allah subhanahu wata'ala Tuhan semesta alam,
semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad shalallahu'alaihi wasallam dan kepada keluarga, shahabat
serta seluruh pengikut beliau.
Kemesraan Ilmu & Jihad
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". (Q.S. At-Taubah: 122)
Saudaraku kaum muslimin…
Ayat ini memberikan beberapa faedah tarbiyyah bagi kita semua, seluruh kaum mukminin, diantaranya:
- Dalam ayat ini Alloh Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan tentang hukum nafar (memobilisasi masa).
Hal tersebut menandakan bahwa melakukan nafar merupakan peribadatan kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala:
ألأنفز عاج عن ألشيء كا لفزع الى الشي ء وعن الشي ء
"Memprovokasi sesuatu dan kepada sesuatu, seperti mendorong kepada sesuatu dan tentang sesuatu."
Istinfar berarti memprovokasi masa untuk berperang. Nafar juga berarti pergi bergegas dan terburu-buru.
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ
"Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut." (Q.S. al-Muddatsir: 50) (Lihat: al-Mufradat Fi Gharib al-Qur'an, hal. 502)
Memprovokasi dalam ayat ini bukanlah memprokasi masa untuk manghasut, berbuat anarkis tanpa tuntunan syari'ah. Memprovokasi dalam ayat ini adalah untuk membela kedaulatan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, menegakkan kebenaran islam dan meluruskan jalan kemanusiaan, yaitu berjihad fisabilillah.
- Banyak sekali ayat-ayat al-Qur'an yang memerintahkan nafar untuk berjihad. Di antaranya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ
"Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit".(Q.S.at-Tawbah: 38)
Bahkan Alloh Subhanahu Wa Ta'ala perintahkan kita untuk nafar, dalam kondisi senang maupun susah.
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (Q.S.at-Tawbah: 41)
Artinya nafarlah semua kalian dalam keadaan yang ringan untuk berjihad atau dalam keadaan berat. Kondisi seperti ini mencakup semua keadaan seperti yang diterangkan oleh banyak ahli tafsir, yaitu:
حِفَافاًَ فِي النُّفُوْرلِنَشَا طِكُمْ لَهُ َوثِقَا لاً عَنْهُ لِمَشَقَّتِهِ عَلَيْكُمِْ
"Dalam keadaan semangat atau berat".
حِفَافاًَ لِقِلَّةِ عَلَيْكُمْ َوثِقَا لاً لِكَثْرَتِهَا
"Dalam keadaan banyak bekal atau sedikit".
حِفَافاًَ مِنْ السَّلَمِ وثِقَا لاً مِنْهُ
"Dalam keadaan memiliki senjata atau tidak"
رُكْبَا ناً وَ مُشَا ةً
"Berkendaraan atau berjalan kaki"
شَبَابَاوَمُشَاةً
"Muda atau tua"
مُهَازِلَ وَ سِـمَا نًا
"Berbadan kurus atau gemuk"
ِصحَاحاً وَمَرْ ضًى
"Sehat atupun sakit"
(Tafsir ar-Raziy: 16/70)
Saudara kaum muslimin…
- Nafar (mobilisasi massa) dalam rangka mendapat ilmu. Kemutlakan ayat diatas (Q.S at-Tawbah : 122) mendorong para lafus dalam berlomba-lomba mencari jihad fisabilillah.
Shahwan bin Amr Rahimahullah berkata:
"Dulu aklu pernah menjadi gubernur diwilayah Himsh. Ketika itu aku bertemu dengan kakek tua dari damaskus yang kedua matanya sudah mulai redup namun masih bergelora dalam berjihad. Aku bertanya kepadanya:
"Wahai paman, engakau ma'dzur (mendapat izin tidak berjihad) di sisi Alloh."
Tiba-tiba dia mengangkat kedua matanya berkata:
Hai anak saudaraku, Alloh memerintahkan kami bernafar baik dalam keadaan nafar maupun berat. Ketahuilah, bahwa orang yang dicintai Alloh pasti diuji oleh-Nya."
Akan tetapi dengan keadilan-Nya Alloh memerintahkan kaum mukminin untuk tetap berada dalam keseimbangan. Perang atau jihad yang akan dan sedang dilakukan hendaknya tetap dalam koridor syari'at Alloh Subhanahu Wa Ta'ala, bukan karena hawa nafsu ingin membunuh atau menumpahkan darah atau kerena hal-hal lain yang tidak pernah diperrintahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan diajarkan oleh Rasul-Nya Salallahu Alaihi Wasalam. Untuk itu, ilmu syar'I merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh upaya peribadatan yang dilakukan, termasuk jihad didalamnya.
al-Baghawaiy Rahimahullah berkata:
"Firman Alloh (Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang). Artinya hendaklah ada satu kelompok ditiap kobilah yang bertugas keluar untuk berperang dan satu kelompok lain tinggal bersama Rasululloh (untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama) yaitu satu kelompok yang tidak ikut perang untuk mempelajari al-Qur'an, sunnah, fardhu-fardhu dan berbagai hukum. Agar, saat pasukan kembali, para penuntut ilmu itu mengkhabarkan apa-apa yang diturunkan kepada mereka." (Tafsir al-Baghawiy: 2/343)
Hal ini menunjukkan agungnya ilmu, khususnya al-fiqhu fi ad-din (faham secar mendalam terhadap agama) sebagai perkara penting, mencari ilmu dan menyebarkannya, serta agungnya nasehat dari orang yang berilmu.
Apabila ilmu tela berkurang, dakwah fi sabilillah tiada, pengajaran kepada orang jahil ditinggalkan, maka manfaat apa yang diperoleh kaum muslimin? Kemana berkahnya ilmu?
Ayat ini bersifat faedah penting yaitu kaum muslimin harus berusaha keras terhadap setiap apa yang menghasilkan maslahat bagi ummah, yang dapat menyempurnakan manfaat agama dan dunia mereka.
Saudaraku kaum muslimin…..
- Nafar dalam rangka jihad harus diiringi dengan ilmu.
Jihad yang merupakan puncak dari segala amal, maka sangat membutuhkan bimbingan ilmu. Jihad sebagai puncak keikhlasan, maka butuh ilmu ikhlas sebelum berjihad. Jihad sebagai puncak kecintaan kepada Alloh, maka butuh ilmu ma'rifatullah.
Jihad sebagai puncak tawakal, maka harus ada ilmu tawakal. Jihad sebagai puncak kesabaran maka butuh ilmu sabar agar tidak jatuh ditengah jalan. Jihad dan ilmu sebenarnya dua hal yang tidak bisa dipisahkan, maka keduanya harus bisa tampil mesra.
Tujuan dari beriringnya ilmu dan jihad antara lain:
. Agar jihadnya berdasarkan tafaqquh fi ad-dien,bukan berdasarkan hawa nafsu.
. Agar kewaspadaan terhadap pelanggaran syari'at.
. Agar tidak terjadi jihad tanpa ilmu ataupun ilmu tanpa jihad.
Syaikh Abdul Aziz bin Nashir al Julayyil Rahimahullah menyatakan bahwa diantara salah satu rambu terpenting dalam melakukan perubahan terhadap umat yang jalannya adalah jihad fi sabilillah ialah I'dad al-ilmi (persiapan ilmu), tafaqquh fi ad-dien (mendalami agama) dan memiliki bashirah (pandangan yang tajam) tentangnya. Agar dakwah individunya dan jihad jama'inya berdasarkan bashirah dan bendera yang jelas.
Dia faqih (faham betul), mengapa dia berjihad? Bagaimana dia berjihad? Siapa yang berjihad? Di atas aqidah apa dia berihad? Semua itu tidak mungkin digapai kecuali dengan ilmu dan tafaqquh di ad-dien (faham secara mendalam tentang agama Alloh)." (Waqofat Tarbawiyyah: 1/239)
Saudaraku kaum muslimin….
Ada dua qanun (ketetapan) Alloh Subhanahu Wa Ta'ala yang tertata rapi dan tidak akan mengalami perubaha. Pertama, qanun pertolongan Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dan dukungan-Nya kepada wali-wali-Nya serta kesertaan-Nya pada hamba-hamba-Nya yang muhsin.
Kedua, qanun kebalikannya, yaitu permusuhan dari musuh-musuh islam tetap berlangsung selama bumi dan langit masih berdiri. Kaum musyrikin, orang-orang Yahudi dan Nashrani, orang-orang atheis dna orang-orang munafik, meraka dkan selalu membuat makar dan tipu daya, siang dan malam sehingga dapat membabat habis islam dan mencabut sampai ke akar-akarnya (menurut prasangka mereka).
Dua qanun Rabbani ini telah nyata dalam kehidupan kita. Qanun pertolongan Alloh Subhanahu Wa Ta'ala pada wali-wali-Nya dan qanun permusuhan yang terus berlangsung, seperti tipu daya, jebakan, menimpakan bencana dan rintangan dari musuh-musuh Alloh Subhanahu Wa Ta'ala terhadap wali-wali-Nya. Musuh-musuh Ialam akan meyerang dan menggoyak serta tidak kan pernah mau diam selamanya.
Sepanjang masih ada islam, peperangan akan terus berlangsung. Tidak ada pilihan bagi kaum muslimin lain melangkahkan kakinya pada jalan ilmu dan jihad.
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman menerangkan hal tersebut:
كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS al-Mujadilah:21)
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (QS al-Mu'min 51)
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya".(QS. Ali Imran :12)
Sebagai kebalikanya Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman menuturkan keadaan orang-orang kafir:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.(QS. Al-Baqoroh: 120)
وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ * إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqoroh: 217-118)
Qanun (ketetapan) Alloh yang lain, yaitu bahwa Alloh Subhanahu Wa Ta'ala akan membersihkan orang-orang beriman dari orang-orang munafik. Sebab, kemenangan tidak akan datang kepada suatu kaum yang masih bercampur aduk antara yang tahyyib (baik), yaitu kaum beriman dengan yang khabist (buruk) yaitu kaum munafik.
مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ
"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar." (QS. Ali-Imron:179)
وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لأنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.(QS. Ali Imran:178)
Ketika telah muncul kaum beriman yang bersih dari orang-orang munafik, maka binasalah orang-orang kafir dan turunlah kemenangan.
وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
"dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.(QS. Ali Imron : 141)
Oleh karena itu, dalam menyikapi kawanin (ketetapan-ketetapan) itu, haruslah dengan ilmu dan jihad. Tak ada jalan lain selain kedua jalan itu. Dua jalan inilah pilihan orang-orang beriman. (red/Majalah As-Silmi)
Keutamaan dan Tanda Lailatul Qadar
Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya
Al Quran Al Karim yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya
ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi.
Ummat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda
tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati
malam ini (malam Lailatul Qodar/Nuzul Qur’an, red), akan tetapi mereka
bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari
Allah.
Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat
Qur’aniyah dan hadits-hadits Nabawiyyah yang shahih yang menjelaskan
tentang malam tersebut.
1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya
kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih
baik dari seribu bulan, Allah berfirman (yang artinya),
[1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]
Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah,
[3]Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, [6] sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS Ad Dukhoon: 3 - 6]
2. Waktunya
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada malam tanggal 21,
23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang
ada dalam masalah ini berbeda-beda, Imam Al Iraqi telah mengarang satu
risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar,
membawakan perkatan para ulama dalam masalah ini, lihatlah).
Imam Syafi’i berkata, “Menurut
pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab
sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, “Apakah kami
mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab, “Carilah di malam
tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).
Pendapat yang paling kuat,
terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan,
berdasarkan hadits ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) “Carilah malam
Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan.” (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)
Jika seseorang merasa lemah atau
tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena
riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (yang artinya), “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).
Ini menafsirkan sabdanya (yang artinya), “Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh hari yang terakhir.” (Lihat maraji’ diatas).
Telah diketahui dalam sunnah,
pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin
Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat
berdebat, beliau bersabda, “Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada
kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi fulan dan fulan (dua orang)
berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi diketahui kapan lailatul qadar
terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam
29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain: tujuh, sembilan, lima).” (HR Bukhari 4/232).
Telah banyak hadits yang mengisyaratkan
bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya
menegaskan di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama
sifatnya umum, sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang
khusus lebih diutamakan daripada yang umum, dan telah banyak hadits
yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh
hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan
lemah, tidak ada masalah. Maka dengan ini, cocoklah hadits-hadits
tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisahkan.
Kesimpulannya, jika seseorang muslim
mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari
terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari
ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari
terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.
Paling benarnya pendapat lailatul qadr
adalah pada tanggal ganjil 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, yang
menunjukkan hal ini adalah hadits Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah
beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata,
“Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan
Ramadhan.”
3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar
Sesungguhnya malam yang diberkahi
ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh
telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan
kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk
mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi muslimin (agar)
bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam
Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalaNya yang
besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah
dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa
berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan
mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759)
Disunnahkan untuk memperbanyak do’a
pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari sayyidah ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata, “Aku bertanya, Ya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam
Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?” Beliau menjawab,
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah,
Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka
ampunilah aku.” (HR Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850), dari Aisyah,
sanadnya shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan,
halaman 55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali).
Saudaraku -semoga Allah memberkahimu
dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaatiNya – engkau telah
mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya)
maka bangunlah (untuk menegakkan sholat) pada sepuluh malam hari
terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita,
perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu dan perbanyaklah
amalan ketaatan.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh
hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi
wanita yaitu istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk
mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan
keluarganya.” (HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).
Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia berkata), “Adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah
apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah
beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim 1174).
4. Tanda-tandanya
Ketahuilah hamba yang taat
-mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya dan membantu dengan
pertolonganNya- sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim
mengetahuinya.
Dari Ubay radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami
menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah.”
(HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiq artinya setengah,
jafnah artinya bejana. Al Qadli ‘Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada
isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena
bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir
bulan.”)
Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “(Malam)
Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak
juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah
kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).
Sunday, 20 May 2012
Apakah Jilbabku Jilbab Syar’i ?
Saudariku
yang baik hati, yang cantik yang manis, kehadiran tulisan ini merupakan
bentuk kepedulian kepada muslimat seluruh Nusantara, sebab roda era
globalisasai tak terhenti sedangkan beribu rayuan model pakaian, jilbab
bermunculan.
Subhanallah jilbab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jilbab itu ‘iffah (kemuliaan). Jilbab itu kesucian. Jilbab itu pelindung. Jilbab itu taqwa. Jilbab itu iman. Jilbab itu haya’ (rasa malu). Jilbab itu ghirah (perasaan cemburu). Tak kan ada rasa sesal maupun kecewa sedikit pun memakai jilbab ini. Kesetiaan pada jilbablah yang harus dilekatkan di hati.
Allah berfirman:
‘’….. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. An-Nisa ayat 13)
Wahai para muslimah jika kita mentaati perintah Allah dan rasul maka kelak akan mendapatkan syurga Allah SWT. Ayat di atas dikutip dari surah an-Nisa yang berarti wanita , perhatikanlah dalam al-Quran tertera surah wanita sedang surah lelaki tidak ada, ini bertanda bahwa wanita bisa mempunyai peran penting dalam menempuh kehidupan dan kemajuan Islam tetapi wanita bisa juga menjadi sumber fitnah terbesar jika tidak mentaati kaidah-kaidah Allah dan Rasul-Nya.
Hijab dan Jilbab adalah masalah Fiqih (Syari’ah), Keempat Mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dan semua ahli Fiqih dan Syariat Islam sependapat bahwa aurat perempuan adalah semua badannya kecuali Muka dan Telapak tangan.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR Muslim).
Seorang muslimah akan selalu ingin menjadi tampil menarik di hadapan manusia akan tetapi penampilan yang paling menarik dari semua penampilan adalah penampilan yang sesuai syariat Allah sang pengasih dan penyayang hambanya dengan memerintahkan memakai jilbab sebagai penyempurna kewajiban sebagai seorang muslimah yang sudah baligh, hal ini adalah bentuk kasih sayang kepada hambanya khususnya wanita, yakinlah bahwa Allah mengatur semua ini hanya untuk kepada saudariku-saudariku.
Berikut ini adalah dalil-dalil tentang wajibnya memakai Hijab menurut Al-Qur’an dan Hadits dan penafsiran para Sahabat dan Fuqaha (Ahli Fiqih) Hukum Jilbab dan Hijab:
Dari Khalid bin Duraik: ‘’Aisyah RA, berkata: ‘’Suatu hari, asma binti abu bakar menemui Rasulullah SAW dengan menggunakan pakaian tipis, beliau berpaling darinya dan berkata: ‘’wahai asma’’ jika perempuan sudah mengalami haid, tidak boleh ada anggota tubuhnya yang terlihat kecuali ini dan ini, sambil menunjuk ke wajah dan kedua telapak tangan.’’ (HR. Abu Daud).
Aurat wanita yang tidak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan mahramnya) adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini berdasarkan dalil hadits di atas dan ayat ayat berikut.
1. Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumurnya (Indonesia: hijab) ke dadanya….” Ayat ini menegaskan empat hal:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab, jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Menurut Ibnu Umar RA yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau, dalam bahasa kita disebut hujab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan hijab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tetapi, ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.
2. Hadits riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata, “Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR Abu Daud dan Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan dua hal:
1. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat. Dari kedua dalil di atas, jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja atau ketika hadir di pengajian, namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
Pembaca yang budiman, jika memperhatikan realita arus kehidupan dunia yang penuh dengan godaan, terkadang saudariku merasa malu menggunakan pakaian muslimah, dengan beberapa alasan:
1. Malu, terkadang ada muslimah yang sudah paham tentang arti dan kewajiban memakai jilbab syar’i tetapi masih dihantui perasaan malu terhadap teman, keluarga dan lingkungan. Pesan untuk saudari-saudariku yang cantik harapan umat” jangan malu dalam menjalankan Syariat Islam sebab itulah jalan yang lurus tapi malulah jika tidak taat kepada syariat Allah”
2. Takut dicap teroris, seiring perputaran kehidupan yang canggih anak manusia maju memasuki era globalisasi maka kebanyakan perbuat-perbuat teror yang dilakukan oleh oknum dan salah dalam mengartikan jihad sehingga pada akhirnya setiap ada teror terbukti atau tidak biasanya dituduhkan kepada muslin/muslimat, sehingga terkadang ada ibu rumah tangga yang melarang anaknya untuk memakai jilbab syar’i. “Pesan, tidak usah takut dicap teroris sebab Allah bersama kita’’ kalaupun polri atau Amerika sekalipun menuduh kita yang tidak-tidak lalu kemudian diadili maka engkau mati syahid sebab mempertahankan keimanan dan difitnah.
Setelah membahas beberapa dalil di atas telah jelas bahwa dalam berpakaian saat ini ada beberapa kriteria atau syarat. Syarat-syarat pakaian penutup aurat wanita pada dasarnya seluruh bahan, model, dan bentuk pakaian boleh dipakai, asalkan memenuhi syarat-syarat berikut.
1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
2. Tidak tipis dan transparan. (Sesuai hadits di atas)
3. Longgar dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh (tidak ketat).
4. Bukan pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki.
Teruntuk saudari-saudariku yang cantik, yang peduli pada diri sendiri atas kehidupan akhirat pakailah pakaian yang sesuai syariat Allah, insya Allah engkau bahagia dunia dan akhirat sebab hati ini akan tenteram jika melaksanakan syariat Islam. Jika memakai pakaian yang tidak sesuai syariat saya yakin bahwa sebenarnya dalam hati kecil kita berkata sebenarnya aku suka berpakaian syariat tapi pikiran dan hawa nafsu ingin berpakaian yang tidak sesuai syariat Allah.
Pakaian muslimah sekarang kebanyakan membungkus bukan menutup, perbedaan membungkus dan menutup, contoh menutup itu berpakaian tapi lekuk-lekuk masih sangat terlihat, transparan, akibat pakaian kekecilan dan ketat dikategorikan membungkus. Sedangkan menutup, berpakaian dengan baik rapi tanpa tidak menampakkan model-model lekuk-lekuk tubuh alias tidak ketat.
Teringat salah satu artikel ww.arrahmah.com berikut bunyinya:
Renungan buat Muslimah yang belum ingin menutup auratnya dengan Hijab
Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?
Kami jawab, ”Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amalan”
Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?
Kami jawab, ”Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?” Coba direnungkan!
Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?
Kami jawab, ”Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika sudah keriput dan rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik. Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. So … jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab.”
Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:
“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan shalih.
Subhanallah…
Masihkah kamu ragu wahai Ukhti fillah untuk menutup kemolekan tubuhmu dengan hijab? masihkah? Ingatlah, sesungguhnya api neraka akan membakar tubuh yang kau sajikan untuk lelaki hidung belang, kau bisa beralasan ini dan itu, Demi Allah, sesungguhnya, kita tak akan mampu menebak kapan nyawa ini akan diambil oleh Malaikat Maut! Innalillahi waa inna ialaihi rojiun. Demikianlah artikel yang sempat saya kutip.
Jadi, terus terang saja mata ini sudah sering kali dibelokkan oleh syetan, sebab di manapun saya berada baik di luar Negeri ataupun dalam Negeri begitu banyak wanita muslimah yang tidak menyadari hal ini. Lelaki hidung belang seenaknya menyajikan pesona yang tak pantas.
Saudariku yang muslimah, yakinlah bahwa syariat mengatur kehidupan kita, itu semua teruntuk kebaikan dan kemashlahatan dunia dan akhirat, tidak akan ngaruh kekokohan Allah sebagai Tuhan, jika saudariku berhijab syar’i atau tidak, hasilnya akan kembali kepada diri pribadi kita masing-masing. Mohon maaf dengan sebesar-besarnya jika bahasa-bahasa yang digunakan terlalu over sebab ini semua agar mudah dipahami tak ada niat kecuali saling mengingatkan, wallahu a’lamu bishowab.
Sumber : https://www.dakwatuna.com/2012/03/19080/apakah-jilbabku-jilbab-syari/
Subhanallah jilbab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jilbab itu ‘iffah (kemuliaan). Jilbab itu kesucian. Jilbab itu pelindung. Jilbab itu taqwa. Jilbab itu iman. Jilbab itu haya’ (rasa malu). Jilbab itu ghirah (perasaan cemburu). Tak kan ada rasa sesal maupun kecewa sedikit pun memakai jilbab ini. Kesetiaan pada jilbablah yang harus dilekatkan di hati.
Allah berfirman:
‘’….. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. An-Nisa ayat 13)
Wahai para muslimah jika kita mentaati perintah Allah dan rasul maka kelak akan mendapatkan syurga Allah SWT. Ayat di atas dikutip dari surah an-Nisa yang berarti wanita , perhatikanlah dalam al-Quran tertera surah wanita sedang surah lelaki tidak ada, ini bertanda bahwa wanita bisa mempunyai peran penting dalam menempuh kehidupan dan kemajuan Islam tetapi wanita bisa juga menjadi sumber fitnah terbesar jika tidak mentaati kaidah-kaidah Allah dan Rasul-Nya.
Hijab dan Jilbab adalah masalah Fiqih (Syari’ah), Keempat Mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dan semua ahli Fiqih dan Syariat Islam sependapat bahwa aurat perempuan adalah semua badannya kecuali Muka dan Telapak tangan.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR Muslim).
Seorang muslimah akan selalu ingin menjadi tampil menarik di hadapan manusia akan tetapi penampilan yang paling menarik dari semua penampilan adalah penampilan yang sesuai syariat Allah sang pengasih dan penyayang hambanya dengan memerintahkan memakai jilbab sebagai penyempurna kewajiban sebagai seorang muslimah yang sudah baligh, hal ini adalah bentuk kasih sayang kepada hambanya khususnya wanita, yakinlah bahwa Allah mengatur semua ini hanya untuk kepada saudariku-saudariku.
Berikut ini adalah dalil-dalil tentang wajibnya memakai Hijab menurut Al-Qur’an dan Hadits dan penafsiran para Sahabat dan Fuqaha (Ahli Fiqih) Hukum Jilbab dan Hijab:
Dari Khalid bin Duraik: ‘’Aisyah RA, berkata: ‘’Suatu hari, asma binti abu bakar menemui Rasulullah SAW dengan menggunakan pakaian tipis, beliau berpaling darinya dan berkata: ‘’wahai asma’’ jika perempuan sudah mengalami haid, tidak boleh ada anggota tubuhnya yang terlihat kecuali ini dan ini, sambil menunjuk ke wajah dan kedua telapak tangan.’’ (HR. Abu Daud).
Aurat wanita yang tidak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan mahramnya) adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini berdasarkan dalil hadits di atas dan ayat ayat berikut.
1. Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumurnya (Indonesia: hijab) ke dadanya….” Ayat ini menegaskan empat hal:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab, jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Menurut Ibnu Umar RA yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau, dalam bahasa kita disebut hujab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan hijab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tetapi, ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.
2. Hadits riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata, “Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR Abu Daud dan Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan dua hal:
1. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat. Dari kedua dalil di atas, jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja atau ketika hadir di pengajian, namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
Pembaca yang budiman, jika memperhatikan realita arus kehidupan dunia yang penuh dengan godaan, terkadang saudariku merasa malu menggunakan pakaian muslimah, dengan beberapa alasan:
1. Malu, terkadang ada muslimah yang sudah paham tentang arti dan kewajiban memakai jilbab syar’i tetapi masih dihantui perasaan malu terhadap teman, keluarga dan lingkungan. Pesan untuk saudari-saudariku yang cantik harapan umat” jangan malu dalam menjalankan Syariat Islam sebab itulah jalan yang lurus tapi malulah jika tidak taat kepada syariat Allah”
2. Takut dicap teroris, seiring perputaran kehidupan yang canggih anak manusia maju memasuki era globalisasi maka kebanyakan perbuat-perbuat teror yang dilakukan oleh oknum dan salah dalam mengartikan jihad sehingga pada akhirnya setiap ada teror terbukti atau tidak biasanya dituduhkan kepada muslin/muslimat, sehingga terkadang ada ibu rumah tangga yang melarang anaknya untuk memakai jilbab syar’i. “Pesan, tidak usah takut dicap teroris sebab Allah bersama kita’’ kalaupun polri atau Amerika sekalipun menuduh kita yang tidak-tidak lalu kemudian diadili maka engkau mati syahid sebab mempertahankan keimanan dan difitnah.
Setelah membahas beberapa dalil di atas telah jelas bahwa dalam berpakaian saat ini ada beberapa kriteria atau syarat. Syarat-syarat pakaian penutup aurat wanita pada dasarnya seluruh bahan, model, dan bentuk pakaian boleh dipakai, asalkan memenuhi syarat-syarat berikut.
1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
2. Tidak tipis dan transparan. (Sesuai hadits di atas)
3. Longgar dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh (tidak ketat).
4. Bukan pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki.
Teruntuk saudari-saudariku yang cantik, yang peduli pada diri sendiri atas kehidupan akhirat pakailah pakaian yang sesuai syariat Allah, insya Allah engkau bahagia dunia dan akhirat sebab hati ini akan tenteram jika melaksanakan syariat Islam. Jika memakai pakaian yang tidak sesuai syariat saya yakin bahwa sebenarnya dalam hati kecil kita berkata sebenarnya aku suka berpakaian syariat tapi pikiran dan hawa nafsu ingin berpakaian yang tidak sesuai syariat Allah.
Pakaian muslimah sekarang kebanyakan membungkus bukan menutup, perbedaan membungkus dan menutup, contoh menutup itu berpakaian tapi lekuk-lekuk masih sangat terlihat, transparan, akibat pakaian kekecilan dan ketat dikategorikan membungkus. Sedangkan menutup, berpakaian dengan baik rapi tanpa tidak menampakkan model-model lekuk-lekuk tubuh alias tidak ketat.
Teringat salah satu artikel ww.arrahmah.com berikut bunyinya:
Renungan buat Muslimah yang belum ingin menutup auratnya dengan Hijab
Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?
Kami jawab, ”Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amalan”
Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?
Kami jawab, ”Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?” Coba direnungkan!
Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?
Kami jawab, ”Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika sudah keriput dan rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik. Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. So … jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab.”
Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:
“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan shalih.
Subhanallah…
Masihkah kamu ragu wahai Ukhti fillah untuk menutup kemolekan tubuhmu dengan hijab? masihkah? Ingatlah, sesungguhnya api neraka akan membakar tubuh yang kau sajikan untuk lelaki hidung belang, kau bisa beralasan ini dan itu, Demi Allah, sesungguhnya, kita tak akan mampu menebak kapan nyawa ini akan diambil oleh Malaikat Maut! Innalillahi waa inna ialaihi rojiun. Demikianlah artikel yang sempat saya kutip.
Jadi, terus terang saja mata ini sudah sering kali dibelokkan oleh syetan, sebab di manapun saya berada baik di luar Negeri ataupun dalam Negeri begitu banyak wanita muslimah yang tidak menyadari hal ini. Lelaki hidung belang seenaknya menyajikan pesona yang tak pantas.
Saudariku yang muslimah, yakinlah bahwa syariat mengatur kehidupan kita, itu semua teruntuk kebaikan dan kemashlahatan dunia dan akhirat, tidak akan ngaruh kekokohan Allah sebagai Tuhan, jika saudariku berhijab syar’i atau tidak, hasilnya akan kembali kepada diri pribadi kita masing-masing. Mohon maaf dengan sebesar-besarnya jika bahasa-bahasa yang digunakan terlalu over sebab ini semua agar mudah dipahami tak ada niat kecuali saling mengingatkan, wallahu a’lamu bishowab.
Sumber : https://www.dakwatuna.com/2012/03/19080/apakah-jilbabku-jilbab-syari/
Subscribe to:
Posts (Atom)