Thursday, 27 September 2012

Siapa Sebenarnya Ahmadinejad?

Siapa Sebenarnya Ahmadinejad: Bernama Belakang Yahudi

dinejad5
Di dunia sekarang ini, hanya ada tiga nama yang sering sekali melekat di kaos oblong dan buku-buku pergerakan. Usamah bin Laden, Che Guevara, dan Mahmoud Ahmadinejad. Usamah sejak sekitar tahun yang lalu telah diberitakan tiada, tewas oleh Amerika, namun tentara-tentara Negara Paman Sam itu masih terus berada di Afghanistan dengan dalih yang sama; memberantas teroris.
Sedangkan Che Guevara, walau tidak sekencang dahulu, namun sosoknya begitu lengket di benak dan ideologi para kaum gerakan kiri. Walau satu dua, Che selalu ada dimana-mana.
dinejadSosok satu lagi adalah Ahmadinejad. Dalam kurun waktu 8 tahun belakangan ini Ahmadinejad tiba-tiba saja “digilai” oleh begitu banyak para pemuda Islam. Ia dianggap sebagai cerminan seorang pemimpin yang sederhana dan bersahaja, taat terhadap ajaran agamanya. Yang paling penting, Ahmadinejad dianggap sangat vokal terhadap Amerika Serikat dan Israel—dua negara yang selama ini dianggap sebagai pihak yang selalu berseberangan dengan Islam.
Akhirnya, para pemuda Islam ini menapikan kenyataan bahwa Ahmadinejad adalah seorang presiden Iran. Dan presiden Iran kita tahu, ia harus seorang Syiah. Selama ini, media Barat memosisikan bahwa Syiah adalah salah satu aliran atau sekte dari Islam. Padahal kenyataannya, Syiah ya Syiah. Islam ya Islam. Keduanya berbeda sangat dalam secara ideologis dan pemahaman.
dinejad1Satu persatu para pemuda Islam yang mulai memahami peta Iran di Timur Tengah, dan bagaimana hasadnya Syiah terhadap Islam—tak peduli darimana Islam itu berasal, baik Sunni ataupun lainnya, mulai meninggalkan Ahmadinejad sebagai sosok panutan. Yang tersisa dari para pengagum Ahmadinejad kemudian hanya dua kelompok saja. Pertama, mereka yang juga menganut Syiah sebagai keyakinan. Kedua, para pemuda yang tak membaca banyak tentang kongkalingkong Iran-Amerika-Israel.
Siapa sebenarnya Ahmadinejad ini?
Menjelang pemilihan umum Maret 2008, ada sebuah berita yang mengejutkan. Telegraph.co.uk—harian berita dari Inggris—memuat sebuah foto Ahmadinejad sambil mengangkat kartu identitasnya selama pemilihan umum. Entah bagaimana, kartu identitas itu tercium memiliki akar Yahudi. Berita itu kemudian menjadi bahan sorotan khusus sejumlah media di Indonesia.
Menurut klaim Telegraph, dokumen close-up itu mengungkapkan bahwa Ahmadinejad sebelumnya dikenal sebagai Sabourjian—atau artinya kurang lebih tukang kain tenun dalam arti nama bahasa Yahudi. Telegraph, melaporkan, sebuah catatan pendek yang tertulis di kartu itu menunjukkan keluarganya berubah nama menjadi Ahmadinejad, ketika memeluk Islam setelah kelahirannya. Sabourjian berasal dari Aradan, tempat kelahiran Ahmadinejad, dan nama itu diturunkan dari “penenun dari Sabour”, nama untuk selendang Tallit Yahudi di Persia. Nama ini, ada dalam daftar nama cipta untuk orang Yahudi di Iran, menurut Departmen Dalam Negeri Iran.
Ali Nourizadeh, dari Pusat Studi Arab dan Iran, mengatakan: “Aspek latar belakang Ahmadinejad menjelaskan banyak tentang dirinya. Dengan membuat pernyataan-pernyataan anti-Israel, ia sedang mencoba untuk menumpahkan kecurigaan tentang hubungannya dengan Yahudi. Ia merasa rentan dalam masyarakat Syiah yang radikal.”
Seorang ahli yang berpusat di London Yahudi Iran mengatakan, “Dia telah mengubah namanya karena alasan agama, atau setidaknya orangtuanya.” Sabourjian dikenal sebagai nama Yahudi di Iran. Seorang jurubicara kedutaan Israel di London, Ron Gidor, mengatakan bahwa, “Ini bukan sesuatu yang akan kami bicarakan.”
Ahmadinejad tidak menyangkal namanya berubah ketika keluarganya pindah ke Teheran pada tahun 1950-an. Tapi dia tidak pernah mengungkapkan perubahan berhubungan dengan pergantian keyakinan. Ahmadinejad tumbuh menjadi insinyur yang memenuhi syarat dengan gelar doktor dalam manajemen. Sebelum terjun jadi politisi, Ahmadinejad bertugas sebagai tentara pada Pengawal Revolusi.
Menanggapi pemberitaan di atas, Irman Abdurrahman, seorang analis independen, dalam sebuah catatan lepasnya menulis, “Dalam kamus kelompok sayap kanan pro-Israel, ada dua cara membunuh karakter musuh mereka. Pertama, menuduh orang itu sebagai anti-Semit (anti-Yahudi). Kedua, menebar isu bahwa orang itu berdarah Yahudi yang membenci Yahudi (self-hating Jew). Dan, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad adalah target terbaru mereka.”
Rumor Ahmadinejad seorang Yahudi sebenarnya bukan hal baru. Pada awal 2009, Radio Liberty/Radio Free Europe pernah memuat isu yang sama dengan berlandaskan tulisan blog orang Iran yang anti-Ahmadinejad. Selain itu, semua penulis biografi Ahmadinejad telah secara rinci menulis tentang keluarganya. Alhasil, nama “Sabourjian” bukanlah rahasia lagi yang menuntut media sekelas Telegraph untuk membuktikannya dengan meng-”close-up” KTP Ahmadinejad.
Sementara itu, Qanaatgar, seorang warga Iran ketika ditanya masalah ini oleh wartawan IRIB Bahasa Indonesia mengatakan, “Ada kemungkinan bahwa Saburjian itu adalah nama paswand. Istilah paswand itu berbeda dengan nama khanevadeh (nama famili).” Menurut Qanaatqar, nama pasvand jarang sekali dipakai di Iran, bahkan bisa jadi hanya 10 persen warga Iran yang menggunakannya. Nama pasvand kadang berhubungan dengan latarbelakang seseorang, yang bisa jadi itu adalah nama pekerajaan nenek moyangnya atau tempat tinggalnya.”
Nama tak penting, tapi aqidah
Seperti kata Shakespeare, apalah arti sebuah nama, maka sebenarnya tak terlalu penting sekarang ini mempermasalahkan nama belakang Ahmadinejad. Yang justru menjadi persoalan krusial bagi kaum (generasi muda) Muslim ketika hendak menilai dan menjadikan seseorang menjadi anutan, adalah aqidah Islamnya. Banyak tokoh yang baik, berprestasi dan penting di dunia ini, tapi mereka bukan orang Islam. Dalam hal ini, orang Syiah juga bukan orang Islam.
Walau bagaimanapun Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah satu wacana besar yang sudah teruji oleh siapapun dan sejarah manapun. Dan begitu juga dengan orang-orang shaleh yang telah tiada setelahnya. Mengidolakan seseorang yang masih hidup sekarang ini, jauh dari kita, dan dengan informasi dunia yang sumir ini, hanya rapuh belaka.
dinejad6SUDAH bukan rahasia lagi, dalam ajaran Syiah betapa agungnya kedudukan Ali bin Abi Thalib. Adapun kedudukan sahabat-sahabat yang lain dinihilkan. Syiah meniadakan bagaimana peranan sahabat-sahabat seperti Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, atau Ustman bin Affan. Tidak heran jika kemudian di Iran, nama-nama yang paling banyak bertebaran adalah Ali dan Fatimah. Beberapa tahun yang lalu ada sebuah film anak-anak berasal dari Iran yang sangat terkenal “Children of Heaven”yang dua tokohnya adalah dua nama ini.
Maka tidak heran, jika para kaum Syiah sering sekali menghina para sahabat Nabi yang sudah jelas-jelas berperan besar dalam perkembangan Islam. Begitu pula dengan Ahmadinejad.
Sebelum pemilihan presiden Iran yang terakhir kalinya digelar, Ahmadinejad mengeluarkan pernyataan yang terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.
Seperti yang diketahui, Iran yang berbasis Syiah ini—salah satu aliran Islam yang dianggap menyimpang—sudah sejak lama mempersempit ruang gerak para jamaah ahli Sunnah (kaum Sunni). Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, bahkan para jamaah Sunni mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini.
Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”
Padahal dalam sejarah, Talhah dan Zubair, dua orang sahabat Rasul itu, tak pernah bertempur dengan Muawiyah, karena keduanya meninggal lama sebelum peperangan Jamal di tahun ke-36 kekhalifahan Islam di mana Muawiyah menjadi rajanya.
Pernyataan Ahmadinejad ini sudah jelas kemana arahnya, yaitu membuat sebuah perbandingan atas sahabat Rasul dulu dengan kejadian politik saat ini di Iran—berkaitan dengan rivalnya saat itu, Mousavi. Sebelumnya, Ahmadinejad sudah sangat sering menghina sekitar 15 juta penganut Sunni di Iran. Bahkan, pendahulu Ahmadinejad, Rafidi menghina dan menganggap remeh alias menyepelekan 90% Muslim seluruh dunia.
Namun demikian, masih banyak juga pihak atau pengagum Rafidi dan pengingkar sahabat Rasul lainnya seperti Ahmadinejad ini. Mereka adalah orang yang tidak menyadari gerakan Syiah atau mereka yang tak mau memahami rejim 12 Imam ini yang merupakan musuh terbuka terhadap para sahabat Rasul.
dinejad3Sesaat setelah menayangkan berita ini, sebuah blog dari Iran, sonofsunniiran, langsung ditutup, tak bisa diakses lagi, bahkan sampai kini. Sebelumnya dari blog ini banyak sekali berita yang memaparkan kejahatan kaum Syiah terhadap para Sunni di Iran.
Di balik kezuhudannya, tidak dipungkiri lagi bahwa Mahmoud Ahmadinejad adalah seorang Syi’ah. Dan sudah mafhum pula bahwa Iran adalah negerinya orang Syi’ah Rafidhoh. Dalam sebuah foto yang memuat Ahmadinejad, terlihat foto dua tokoh Syi’ah yang digantungkan di dinding tepat di atasnya.
Siapa Syi’ah Rafidhoh itu?
  1. Mereka adalah sekte yang mengklaim memiliki 12 imam yang lebih mulia daripada Nabi dan Rasul.
  2. Mereka mengkafirkan sahabat Abu bakar dan Umar serta menuduh Ibunda Aisyah seorang pezina. Karena itulah para ulama telah mengkafirkan Syiah.
  3. Merekalah yang memiliki ritual menyiksa diri ketika bertepatan dengan hari Karbala, yaitu peristiwa terbunuhnya Husen.
  4. Merekalah yang membantu Amerika Serikat menaklukkan Baghdad, dan Taliban.
  5. Merekalah yang sering berbuat kerusuhan di Makkah ketika Haji. Dahulu kala Syi’ah Qaramithah mencongkel Hajar Aswad dari Ka’bah sehingga Ka’bah tidak memiliki Hajar Aswad selama 12 tahun, lalu akhirnya dikembalikan.
  6. Mereka shalat menggunakan batu yang disebut batu Karbala sebagai tumpuan sujud mereka. Perhatikan foto Ahmadinejad ketika shalat.
dinejad47. Mereka menghalalkan kawin kontrak (nikah mut’ah), bahkan membolehkan seorang wanita dikawini oleh banyak pria dalam satu malam. Pernikahannya pun boleh tanpa wali. Pernikahan macam apa itu? Intinya sama saja dengan pelacuran, namun mereka mengatasnamakan ibadah. Bahkan boleh kawin kontrak dengan istri orang lain.
Beberapa waktu yang lalu, salah satu sekte Syi’ah yang kesesatannya paling ringan yaitu Syi’ah Zaidiah di Yaman, telah menyerang kaum muslimin, membunuhi para penghafal Al Qur’an di Yaman. Syi’ah yang membantu Amerika menaklukkan Baghdad memperkosa gadis-gadis muslimah.
Hubungan dengan Israel
Satu lagi , Syi’ah memiliki satu prinsip yaitu Taqiyah, menutupi kesesatan mereka dengan kedustaan.
Ketika Ahmadinejad berpidato di Universitas Harvard, media-media Amerika langsung meliput dan menyiarkan langsung pidato tersebut. Padahal selama ini tidak ada presiden yang diperlakukan seperti itu. Apalagi sudah banyak bukti yang menjelaskan hubungan gelap antara Ahmadinejad dengan Israel. Seorang ulama Syiah mengatakan presiden Iran ingin menjalin “persahabatan dengan Israel.”  Menurut ulama Syiah Mahmud Nubia, penasihat teras atas Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaei tiga tahun lalu menyatakan bahwa Iran harus memiliki “hubungan yang bersahabat” dengan Negara Yahudi, namun Ahmadinejad menahan diri dari persoalan ini di depan umum karena pemimpin tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan dengan hal ini.
Menurut Husain Ali Hasyimi, dalam tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa sejak zaman Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syiah yang dipimpin oleh Khumaini.
Sedikitnya 200 perusahaan internasional yang beroperasi di Israel memelihara hubungan perdagangan yang luas dengan Iran. Hubungan ini termasuk investasi dalam industri energi Iran, yang merupakan sumber penghasilan utama Iran dan berfungsi untuk menyalurkan dana untuk mengembangkan rudal, program nuklir dan senjata konvensional lainnya.
Klaim Ahmadinejad soal Masjid Al-Aqsha
Mahmoud Ahmadinejad pernah memberi hadiah kepada seorang penulis buku sekaligus seorang ulama besar Syiah abad ini, yakni  Jafar Murtada Al Amili, yang telah menulis sebuah buku berjudul “Ayna Masjid al-Aqsha?” (Di Manakah Masjid Al Aqsha?) yang intinya mengungkapkan bahwa keberadaan Masjid Al-Aqsha yang sesungguhnya bukanlah di bumi Al-Quds, melainkan di langit. Ia menganggap masjid mereka di Kuffah lebih baik daripada Al-Aqsha seperti tertulis dalam kitab rujukan Syiah Biharul Anwar.Buku tersebut ditetapkan yang terbaik di Iran.
Pemberian hadiah tersebut menyiratkan bahwa, Ahmadinejad menyetujui isi buku tersebut yang menolak klaim bahwa sahabat Umar bin Khattab Ra telah membebaskan Al Aqsha dari bangsa Romawi, karena dianggap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak melakukan perjalanan darat ke Al Aqsha tetapi pada saat perjalanan menuju ke langit (Mi’raj).
Tidak cukup hanya baik
Memang betul, jika hanya menilai dari atribut kepribadian, maka banyak orang-orang kafir yang memiliki pula kebaikan yang hebat terhadap kemanusiaan. Sebutlah Bunda Theresa yang menjadi simbol pembelaan terhadap orang-orang di India.
Keutamaan dan derajat seseorang di dalam Islam, diukur dari aqidah dan tauhid orang tersebut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebanyak apapun seseorang melakukan kebaikan, tetapi jika tidak memiliki iman, maka amal mereka seperti debu di mata Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu alam bi shawwab. [sa/islampos/kaskus/sembpost/berbagaisumber]
Sumber: islampos.com

Terapi Penyakit Futur

Apakah Futur itu?
Bagi para da'i kata-kata futur ini sudah bukan sesuatu yang asing lagi bahkan mereka yang sudah mengenalnya sangat antusias sekali menyembuhkan penyakit ini walaupun kelihatannya sederhana namun penyakit ini bisa menjadi kronis. Namun bagi sebagian orang umum kata ini mungkin masih agak aneh atau bahkan belum pernah mendengarnya.

Apa sih futur itu? Secara bahasa futur berarti terhenti setelah berjalan atau diam setelah bergerak. Sedangkan arti futur secara dakwah adalah penyakit yang mengenai seorang aktivis, tingkat paling rendah adalah malas atau berlambat-lambat dalam melakukan amal sedangkan tingkat tingginya bisa berhenti dari aktivitas dan semangat atau diam setelah rajin bersungguh-sungguh.

Apakah anda malas untuk melakukan perbuatan baik dan ibadah, merasa ragu atau mungkin merasa tak punya semangat lagi dalam menjalankan aktivitas? Jika jawabannya "YA" mungkin futurlah penyakit yang sedang Anda derita.
Bila kita diibaratkan maka futur ini bagaikan seorang pendaki yang telah berjalan melewati jalan yang curam, tebing yang sangat tinggi dan hutan liar belantara untuk mencapai puncak gunung yang ia tuju, tapi tiba-tiba ia kelelahan dan memutuskan untuk berhenti. Bisa jadi ia beralasan bahwa apa yang telah telah ia capai telah cukup walaupun tidak harus mencapai puncaknya atau ia beralasan bahwa ada baiknya untuk beristirahat sejenak, namun dalam istirahatnya itu ia terlena dan merasa nyaman atau mungkin ia telah lelah dan merasa putus asa dalam menghadapi perjalanan itu.
Jika diamnya hanya sesaat dengan tujuan melepas sedikit kelelahan dan kebosanan akibat aktivitasnya mungkin ini sesuatu yang wajar, namun jika hal ini berlangsung lama hingga pada akhirnya membuatnya berhenti dan kemudian menyerah lalu memutuskan untuk kembali turun gunung maka inilah yang mengakibatkan penyakit ini menjadi kronis yang bisa menyebabkan hancurnya keimanan dalam hati seseorang.

Apakah Penyebabnya?
Rutinitas yang melelahkan dan membosankan yang bisa menyebabkan datangnya penyakit ini   biasanya adalah berlebihan dalam masalah agama, berlebihan dalam melakukan hal mubah, terlalu mencintai dunia dan selalu lalai dalam menghindari perkara dosa dan syubhat.
Salah satu contoh berlebihan dalam hal mubah adalah makan yang berlebihan sehingga menyebabkan bobot tubuh bertambah hingga akhirnya sulit untuk beraktivitas termasuk ibadah. Sikap tersebut menjadikan sebuah celah pintu masuk setan untuk melemahkan jiwa orang tersebut. Seharusnya ia menanamkan sikap tawazun antara hak tubuh dan hak ruh (ruhani dan jiwa), maka tidak ada padanya penyengsaraan tubuh sampai batas penyiksaan, sebagaimana yang terdapat pada beberapa ajaran agama atau kepercayaan di dunia.
Seorang muslim tidak boleh berlebihan dan melapaui batas dalam mengkonsumsi yang mubah. Allah berfirman, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A'raf : 31)

Begitupun sebaliknya terlalu berlebihan dalam memudahkan, hingga selalu menyepelekan perbuatan syubhat dan dosa. Jika ia sudah biasa melakukan hal ini maka ia pun akan membuat remeh dalam masalah ibadah dan ini pun akan menyeretnya pada hal yang lebih buruk lagi. Padahal pada awalnya hanya penyakit futur biasa tapi karena tidak segera menyadari adanya penyakit yang di deritanya dan tak melakukan penanggulangan dini hingga akhirnya penyakit ini pun menjadi penyakit kronis yang berbahaya.

Bagaimana Terapi Pengobatannya?
Meskipun futur merupakan perkara yang lumrah terjadi pada seorang manusia, tetapi membiarkannya berlarut-larut bisa mematikan hati yang menderitanya dan pengobatannya jadi lebih sulit.
Hal yang utama untuk dilakukan adalah dengan cara menjauhi tiap delik perbuatan maksiat yang kecil apalgi yang besar. Berusaha menjaga ibadah rutin di waktu siang dan malam serta menjauhi sikap berlebihan dalam hal yang mubah dapat pula menjadi cara mengatasi futur. 
Ingatlah seberapa pun keimanan kita pasti penyakit ini akan menghampiri. Begitu pun para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada masanya yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang pada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangatlah dekat". (QS. Al Baqarah :214)
Begitu kuatnya keimanan para sahabat namun hingga tiba waktunya dimana kefuturan itu datang hingga mempertanyakan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'al yang tidak kunjung datang. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab sekaligus obat bagi futur mereka.

Jika tertimpa penyakit ini maka perbanyaklah tilawah Al Qur'an dan mentadabburinya dan semalas apapun selalu berusaha melaksanakan sholat sunnah. Sedangkan obat yang paling baik untuk mengobati penyakit ini adalah menyibukkan diri dengan berdakwah dan saling nasehat-menasehati. Nasehat adalah cara untuk menghindari futur. Jadi jika kita ingin terhindar dari futur, aktiflah berdakwah atau hiduplah dalam lingkungan dakwah(lingkungan yang banyak menasehati satu sama lain). Jangan menyendiri dan jangan banyak bergaul dengan lingkungan yang individualistis dan hedonis. Orang yang hidup sendiri dan berpisah dari jama'ah berpotensi besar untuk menjadi futur, karena ia tidak memiliki komunitas yang akan mengingatkannya, memberinya motivasi untuk terus bergerak ke arah yang lebih baik. Bergabung dengan jama'ah, institusi atau organisasi berbasis Islam yang memiliki akidah yang shahih adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Bukan untuk menjadi ekslusif, tetapi kita memerlukan lingkungan yang kondusif untuk menyiram nurani kita dengan energi ketaatan. Biar bagaimanapun, agar futur dapat ditangani secara benar, seseorang harus segera menyadari apabila dirinya sedang terserang penyakit futur. Apabila ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjangkit futur, maka ia juga tidak akan segera bertindak untuk mengatasi futur tersebut. Wallahu A'lam.

Sumber : Majalah Ummatie edisi 10/Tahun. II Juni 2009/Rubrik Tausiyah. hal. 62

Saturday, 1 September 2012

MERDEKA ITU HANYA ADA PADA ISLAM...!!!

Setiap manusia pasti menginginkan sebuah kemerdekaan alias kebebasan, tak terkecuali bagi kaum Muslimin. Karena hidup merdeka adalah suatu kenikmatan yang besar. Dengan hidup merdeka banyak hal yang bisa di kerjakan. Sebaliknya, jika hidup terjajah, maka seseorang akan terkungkung dan tidak ada yang bisa di perbuat. Jika fisik seseorang terikat dengan belenggu, terlebih lagi jika yang terbelenggu adalah jiwanya, karena jiwalah yang menjadi inti dari sebuah kemerdekaan.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Itulah gambaran hati." (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Tidak mungkin seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan berupa kemerdekaan atau kebebasan dalam kehidupan ini, kecuali ia mencari kemerdekaan tersebut di dalam agama Islam yang mulia. Dalam Islam kemerdekaan yang didamba benar-benar akan direngkuh. Bukan hanya bagi manusia tapi tumbuh-tumbuhan dan binatang melata pun akan merasakan kemerdekaan yang hakiki. Karena Islam membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua. Hanya dengan Islam seseorang akan mendapatkan kemerdekaan hakiki. Berikut diantara bentuk-bentuk kemerdekaan tersebut adalah:
1. Merdeka dari cengkraman kesyirikan
Syirik adalah belenggu terkuat hingga membuat manusia menjadi orang yang dungu, hina dan bodoh. Syirik adalah penjajah dzholim yang siap mencengkram kehidupan manusia. Kehidupannya akan selalu di rundung ketakutan dan kegelisahan yang membuat mereka bersusah payah dalam mengarungi kehidupan ini.

Allah Subhanahu wa ta'allah berfirman: "Sesungguhnya syirik itu benar-benar merupakan kedzholiman yang besar." (QS. Luqman [31] : 13)

Dengan Islam yang murni seseorang akan merasakan hidup merdeka dari belenggu penyembahan sesama mahluk menuju sesembahan kepada Allah Subhanahu wa ta'allah semata, dan dapat memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian hati bagi seseorang, sehingga menbuat lapang dada dan tenang hatinya.

Allah Subhanahu wa ta'allah berfirman: "Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja), Adakah kedua budak itu sama halnya?." (QS. Az Zumar [39] : 29)